Artikel sebelumnya: Main-main ke kota Bandung, perjalanan dari Stasiun kota Baru Malang
Tiba di Stasiun Kota Bandung
Pagi yang cerah sedikit mendung, tepat jam 08.00 KA Malabar tiba di Stasiun Kota Bandung, aku mengemasi tas dan memunguti sisa-sisa sampah makanan semalam, tidak lupa mencabut charger hp yang menempel dicolokan dekat bangku yang aku duduki. Aku berjalan perlahan-lahan dibarisan penumpang yang akan melalui pintu keluar kereta api dengan menyalakan kamera untuk mengambil gambar detik-detik turun di stasiun Bandung, hehee… Sambil “clingak-clinguk” aku melihat bangunan Stasiun Bandung dari balik jendela Kereta api, karena setelah sekian lama tepatnya 2008 aku menginjakan kaki di stasiun ini, jadi kurang lebih 11 tahun aku tidak ke Bandung. Sungguh perubahan yang luar biasa, dulu masih “semrawut” seperti stasiun lainya, tapi sekarang sudah tertata rapi dan sangat nyaman. Gak kebayang perjalanan 11 tahun lalu, wkwkwk..
Setelah menginjakan kaki di pintu keluar kereta api temanku Jakarta menelepon, menanyakan posisi dan disuruh langsung menuju pintu keluar stasiun, karena dia langsung menunggu di pintu keluar. Dan akhirnya setelah mengambil gambar sepintas di stasiun aku pun langsung menuju pintu keluar dan menemui Teman dari Jakarta. Dan merealisasikan planning pertama sebelum menuju penginapan.
Plan pertama adalah menunggu rental motor datang, wkwkwk.. karena menurut keterangan dari parental, motor baru bisa dikirim ketika jam kantor buka yakni jam 09.00. Akhirnya kita menunggu sambil duduk-duduk di halaman stasiun, mumpung sedang santai aku langsung membuka leptop untuk mengerjakan tugas dan kewajiban yang semalam terbengkalai. Maklum pemburu dolar online harus siap sewaktu-waktu jika ada panggilan tugas, hehee
Baca juga: Cerita Gunung Kawi Bagian Pertama
Menuju Penginapan minimalis
Setelah sampai dipenginapan aku segera check in, dan apa yang terjadi sodara-sodara. Ternyata aku salah tanggal bocking online seharusnya hari ini, aku membocking tanggal untuk esok harinya, alhasil aku membocking lagi untuk satu hari ini dimana tidak ada promo yang sama dengan yang ditawarkan melalui media online. Tapi tidak mengapa karena kebutuhan mendesak akan mandi hari ini, akhirnya aku yang memutuskan untuk membayar dan segera memasuki kamar untuk mandi dan sekedar rebahan dikasur, karena perjalanan panjang wkwkwk
Kamar yang minimalis cukup untuk dua Kasur tapi berdempet, jadi terkesan seperti single bed yang besar. Tapi tidak mengapa yang penting masih ada tv dan ac yang menyala, selain itu didepan juga tersedia mushola dan pemandangan kolam ikan yang mengalir menentramkan pikiran. Terkesan seperti penginapan di daerah pegunungan, benar-benar asri dan alami. Selain itu juga terdapat ornament klasik dan lukisan-lukisan artistik yang menambah kesan elegan walaupun atap serta lantai terbuat dari material bermotif jadul. Semoga tidak ada penampakan, Hehee..
Baca juga: Pendakian ke Mahameru menuju Kali Mati
Destinasi Pertama Taman Hutan Raya
Menuju Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda
Setelah selesai mandi dan rebahan sebentar kita segera bergegas menuju destinasi pertama, menggunakan motor matic langsung menuju puncaknya Bandung, diperjalanan inilah sedikit menyenangkan karena terbebas dari kemacetan dan udara yang sejuk diselingi banyak pohon-pohon dikanan kiri membuat adem yang memandang dan melewati jalur menuju Taman Hutan Raya. Kurang lebih 30 menit perjalanan kesini menggunakan GPS. Saat perjalanan dimulai cuaca sangat bersahabat, cerah diselingi awan tipis-tipis membuat perjalanan kali ini semakin ceria.
Setelah sampai dan membeli tiket masuk, kita segera memarkir motor dan memasuki area Taman Hutan Raya, sekilas mirip area Camping Persami, dengan pohon-pohon menjulang tinggi dan banyak suara teriakan anak-anak bermain dan mengobrol. Tapi setelah menyusuri jalan dan melihat petunjuk pada papan informasi ternyata ini benar tempat untuk rekreasi, bermain, camping ceria dan belajar sejarah perjuangan Bangsa kita. Benar-benar paket komplit, ntab..
Sekilas tentang Taman Hutan Raya
(disadur dari: tahuradjuanda.jabarprov.go.id)
Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda yang merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung, memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang. Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam kurun waktu pembentukan alam semesta.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya merupakan bagian areal dari kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari yang berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor 575/Kpts/Um/8/1980 dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago. Pada tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, TWA Curug Dago secara resmi berubah fungsi menjadi Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang merupakan Tahura pertama di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, diharapkan mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan antara lain pemeliharaan tata air dan tangkapan air, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta keunikan panorama alam yang dapat dimanfaatkan secara lestari untuk konservasi, koleksi, edukasi, rekreasi, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sosisal ekonomi masyarakat sekitarnya serta menjadi Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat.
Baca juga: Batik Pulau Dewata Bali dan Ciri Khasnya
Tujuan Pengelolaan Taman Hutan Raya
Tujuanya adalah untuk :
- Terjaminnya kelestarian kawasan hutan dan ekosistemnya.
- Terbinanya koleksi tumbuhan dan satwa serta sumber daya alam kawasan Taman Hutan Raya.
- Optimalnya manfaat Taman Hutan Raya untuk wisata alam, penelitian, pendidikan,ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, budaya bagi kesejahteraan masyarakat
- Terjaganya Taman Hutan Raya yang menjadi kebanggaan Provinsi Jawa Barat
Sejarah Geologi
- Pada permulaan PERIODE PLESTOSEN (satu juta tahun yang lalu). Di daerah Priangan sekarang, terdapat gunung yang sangat besar dengan dasar piramida mencapai ±20 Km2 dan ketinggian yang bervariasi antara 3.000 m di atas permukaan laut (dpl) sampai dengan 5.000 m dpl yang dinamakan gunung Sunda
- Pada jaman periode HELOSEN (sebelas ribu tahun yang lalu). Gunung Sunda tersebut mengalami erupsi/meletus pertama kali dan mengakibatkan terbentuknya kaldera berupa telaga besar yang dinamakan Situ Hiang atau Danau Bandung serta munculnya anak gunung yang belakang diberi nama orang – orang daerah tersebut dengan nama Gunung Tangkuban Perahu.
- Pada kurun waktu PERIODE PURBA (4.000 – 3.000 tahun yang lalu); Air Situ Hiang atau Danau Bandung menyusut lewat aliran Sungai Cikapundung dan Citarum dengan pintu alirannya terdapat di Sang Hyang Tikoro. Akibatnya Kaldera Situ Hiang menjadi susut kering dan terbentuklah Dataran Tinggi Bandung yang membentang dari Cicalengka (disebelah timur) sampai dengan Padalarang (sebelah Barat) sejauh ±50 Km dan batasan sebelah Utara adalah Bukit Dago sampai dengan Soreang (sebelah Selatan) sejauh ±30 Km.
- (Prof. Dr. Th.H.F Klom; The Geology of Bandung, 1956) Penyusutan air danau terjadi akibat adanya endapan yang berlangsung ribuan tahun sesudah masyarakat prasejarah bermukim dan bermasyarakat. Akibat penyusutan ini terbentuk daratan subur yang ditumbuhi berbagai pepohonan dan membentuk hutan dengan keanekaragaman hayatinya.
Wahana Wisata Taman Hutan Raya Juanda
- Goa Jepang
- Goa Belanda
- Taman Bermain
- Plaza Tahura
- Museum Ir. H Djuanda
- Guest House
- Forest Café
- Curug Koleang
- Penangkaran Rusa
- Curug Kidang
- Batu Batik
- Curug lalay
- Curug
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.