Benteng di Indonesia: Benteng Fort Rotterdam dan Keunikanya

Benteng Fort Rotterdam, juga dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang, merupakan Benteng di Indonesia dan sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Bangunan ini memiliki nilai sejarah karena merupakan saksi bisu masa kolonial dengan struktur dinding benteng dan arsitektur bergaya Eropa. Masyarakat Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan “Benteng Pannyua,” yang berarti benteng yang menyerupai penyu atau kura-kura. Hal ini disebabkan oleh bentuknya yang jika dilihat dari atas, terlihat seperti penyu yang menghadap ke laut.

Keberadaan benteng ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Kota Makassar, dan menjadi bagian penting dalam menceritakan perkembangan kota dari masa ke masa. Selain itu, benteng ini juga menjadi simbol perjuangan bangsa yang diwakili oleh Kerajaan Gowa-Tallo dalam melawan penjajahan Belanda.

Benteng di Indonesia

Artikel menarik lainnya: Benteng di Indonesia Peninggalan Masa Kolonial

Lokasi Benteng

Benteng Rotterdam berlokasi di Jalan Ujungpandang No.1, secara administratif berada di wilayah Kelurahan Bulo Gading, Kecamatan Ujungpandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Benteng Rotterdam menghadap ke Selat Makassar. Berikut adalah batas-batas wilayah Benteng Rotterdam:

  • Di sebelah utara, terdapat jalan Riburane, Kantor Radio Republik Indonesia Nusantara IV Makassar, Auditorium RRI, dan Bank Danamon.
  • Di sebelah timur, terdapat Jalan Slamet Riyadi, Kantor Pos dan Giro, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Kantor Garuda Indonesia, Kantor Indosat, serta pemukiman penduduk, pedagang kaki lima, dan penjual benda-benda pos.
  • Di sebelah selatan, terdapat Jalan WR. Supratman, Kantor Wilayah Departemen Perdagangan dan Perindustrian, Kantor Veteran Republik Indonesia Mesjid, pedagang kaki lima, ruko, penjual makanan, dan penjual burung.
  • Di sebelah barat, terdapat Jalan Ujungpandang, tugu, pelabuhan penyeberangan ke Pulau Kayangan, kantor Popsa, ruko-ruko, Kantor Polairud, restoran cepat saji, dan penjual kelapa muda.

Sejarah Singkat

Kehadiran Benteng Fort Rotterdam tidak dapat dipisahkan dari Kongsi Dagang Belanda (VOC) di Sulawesi. Mereka datang ke Pelabuhan Ujung Pandang, yang merupakan milik Kerajaan Gowa dan merupakan pelabuhan yang ramai.

Benteng Ujungpandang, yang merupakan awal dari Benteng Rotterdam, pertama kali dibangun oleh Raja Gowa VIII Tumapa’risi’ Kallonna (1512-1548) pada tahun 1545. Benteng Ujungpandang dibangun sebagai bagian dari serangkaian benteng pertahanan di sepanjang pantai barat Kerajaan Gowa. Selain Benteng Ujungpandang, dibangun juga Benteng Somba Opu, Kale Gowa, Tallo, Sanrobone, Barombong, dan Ujung Tana. Saat itu, Benteng Somba Opu menjadi pusat kerajaan.

Pada zaman Raja Gowa XIV Sultan Alauddin (1539-1639), Benteng Ujungpandang direnovasi secara besar-besaran dan mengadopsi bentuk benteng pertahanan yang telah berkembang dan berstandard Eropa. Pada tahun 1639, rakyat Somba Opu dimobilisasi untuk membangun dinding kedua di dekat pintu gerbang benteng. Selama pemugaran benteng-benteng yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa-Tallo di bawah pemerintahan Sultan Alauddin, juga dibangun Benteng Panakkukang, Garassi, Galesong, dan Ana Gowa. Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Gowa-Tallo berkembang menjadi sebuah kota perdagangan besar dan menjadi pelabuhan transit perdagangan rempah-rempah dengan pedagang dari Eropa, terutama Portugis dan Inggris, serta pedagang dari Tiongkok. Berbeda dengan orang asing lainnya, orang Belanda datang ke Makassar bukan sebagai pedagang independen, tetapi sebagai bagian dari kongsi dagang (VOC) yang telah memiliki kekuatan dan infrastruktur yang memadai, dengan jaringan kantor dagang yang tersebar mulai dari Jawa hingga Maluku.

Artikel menarik lainnya > Benteng di Indonesia: Benteng Nieuw Victoria Kota Ambon

Pada tanggal 21 Desember 1666, Cornelis Janszoon Speelman dari VOC menyatakan perang terhadap Kerajaan Gowa-Tallo yang dikenal sebagai Perang Makassar. Perang ini kemudian diakhiri dengan Perjanjian Bungaya antara pihak Kerajaan Gowa-Tallo yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dan pihak Belanda yang diwakili oleh Speelman pada Hari Jumat, 18 November 1667. Salah satu poin dalam perjanjian tersebut adalah penghancuran semua benteng pertahanan Kerajaan Gowa-Tallo kecuali Benteng Ujungpandang, serta penyerahan benteng tersebut beserta perkampungan dan sekitarnya kepada VOC.

Seluruh benteng dirobohkan, kecuali Benteng Ujungpandang. Bagian yang rusak dari benteng tersebut kemudian dibangun kembali oleh Speelman dengan gaya arsitektur Belanda. Nama benteng pun diubah menjadi Fort Rotterdam, mengikuti tempat kelahiran Speelman.

Bangunan Benteng

Benteng Rotterdam memiliki lima bastion (ruang penjagaan) dan dua pintu keluar. Pintu gerbang utama terletak di sisi barat benteng dan terbuat dari kayu, dilengkapi dengan dua daun pintu kembar, sedangkan pintu bagian dalamnya lebih kecil dengan pasak-pasak dari besi (angkur). Pintu gerbang kedua adalah pintu kecil yang terletak di sisi timur. Kelima bastion tersebut memiliki lokasi dan nama sebagai berikut:

  • Bastion Bone, terletak di sisi barat dan berada tepat di tengah benteng.
  • Bastion Bacan, terletak di sudut barat daya.
  • Bastion Buton, terletak di sudut barat laut.
  • Bastion Mandarasyah, terletak di sudut timur laut.
  • Bastion Amboina, terletak di sudut tenggara.

Setiap bastion terhubung dengan dinding benteng, kecuali bagian selatan yang tidak memiliki dinding, yaitu antara Bastion Bacan dan Bastion Amboina. Secara keseluruhan, Benteng Rotterdam memiliki luas 2,5 hektar, dan di dalamnya terdapat 16 bangunan dengan total luas 11.605,85 meter persegi.

Artikel menarik lainnya > Benteng di Indonesia: Benteng Vredeburg dan Sejarah Kelam Yogyakarta

Benteng Rotterdam masa kini

Di dalam benteng terdapat tiga belas bangunan, sebelas di antaranya adalah bangunan asli benteng abad ke-17, sebagian besar kondisinya masih bagus. Di tengah benteng terdapat bangunan gereja. Beberapa bangunan di sepanjang dinding utara dan selatan masih ada. Bangunan di sepanjang dinding utara merupakan beberapa bangunan tertua, berasal dari tahun 1686, seperti rumah kediaman gubernur, pedagang senior, kapten, predikant, dan sekretaris, serta beberapa bangunan penyimpanan senjata.

Di dalam Benteng Rotterdam terdapat tiga belas bangunan, sebelas di antaranya merupakan bangunan asli dari abad ke-17 dan sebagian besar masih dalam kondisi baik. Di tengah benteng terdapat sebuah gereja. Beberapa bangunan di sepanjang dinding utara dan selatan masih bertahan. Bangunan-bangunan di sepanjang dinding utara termasuk beberapa bangunan tertua yang berasal dari tahun 1686, seperti kediaman gubernur, pedagang senior, kapten, predikant, sekretaris, dan beberapa bangunan untuk penyimpanan senjata.

Kediaman gubernur yang terletak di sudut barat laut dikenal sebagai “Rumah Speelman,” meskipun Speelman sendiri tidak pernah tinggal di sana. Rumah ini digunakan oleh gubernur Sulawesi hingga pertengahan abad ke-19 ketika mereka pindah ke vila yang lebih nyaman di Jalan Ahmad Yani. Saat ini, Rumah Speelman menjadi bagian dari Museum La Galigo. Museum ini memiliki koleksi megalitikum prasejarah dari Watampone, serta senjata kuno, koin, kerang, perkakas, sketsa, dan perangko.

Bangunan-bangunan di dinding selatan yang sebelumnya digunakan sebagai tempat penyimpanan, kini dijadikan museum yang menampilkan seni lokal dalam bidang penenunan sutra, pertanian, dan pembuatan kapal. Barak di tembok timur saat ini digunakan sebagai perpustakaan kecil yang menampilkan buku-buku Belanda kuno, sebagian besar milik Pendeta Mates, seorang misionaris pada abad ke-19.

Terdapat juga catatan kapal-kapal kapten VOC dan manuskrip lontar. Departemen arkeologi berada di bekas gedung administrasi VOC, dengan lantai dasar bangunan yang dulunya berfungsi sebagai penjara. Dua bangunan lain di dalam Fort Rotterdam dibangun oleh Jepang selama masa pendudukan mereka. Di bastion barat daya (Bastion Bacan) terdapat penjara tempat Pangeran Diponegoro dipenjara hingga akhir hayatnya.

Artikel menarik lainnya > Benteng di Indonesia: Benteng Torre Peninggalan Portugis

Benteng Rotterdam: Tempat Wisata

Jam Buka

Anda dapat mengunjungi benteng setiap hari, dari pagi hingga sore bahkan hingga malam saat akhir pekan, berikut ini rincian jam operasionalnya:

Hari Minggu – Jumat 09.00 – 18.00 WITA dan Hari Sabtu 09.00 – 19.00 WITA

Harga Tiket

Harga tiket masuk ke tempat wisata populer di Makassar ini sangat terjangkau, hanya sebesar Rp5.000,00 saja. Namun, harga tersebut belum termasuk biaya tour guide atau fasilitas wisata lainnya. Berikut adalah rincian biaya tiket masuk:

  • Tiket Masuk Anak: Rp3.000,00
  • Tiket Masuk Dewasa: Rp5.000,00
  • Tiket Masuk Museum La Galigo: Rp5.000,00
  • Parkir Motor: Rp3.000,00
  • Parkir Mobil: Rp5.000,00

Museum La Galigo

Museum juga merupakan salah satu daya tarik utama dari tempat wisata bersejarah yang sangat terjaga di Lokasi ini. Tempat ini telah berdiri sejak 1 Mei 1970 dan sering menjadi tujuan study tour bagi pelajar dan mahasiswa.

Di dalam museum ini, terdapat setidaknya 4.999 artefak dari masa prasejarah, Tana Toraja, dan koleksi numismatik. Selain itu, terdapat pula koleksi keramik asing, naskah bersejarah, dan benda-benda etnografi yang dipajang dalam kotak kaca etalase. Selain mempelajari sejarah kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan dari masa ke masa, salah satu atraksi menarik di sini adalah miniatur kapal phinisi yang menjadi kebanggaan Sulawesi Selatan.

Taman Hijau

Taman juga merupakan tempat menarik lain yang dapat Anda kunjungi di dalam museum ini. Tempat ini sering menjadi tempat berkumpulnya berbagai komunitas di Sulawesi Selatan, bahkan beberapa di antaranya telah berdiri sejak tahun 1990-an. Taman ini juga menjadi tempat bermain bagi anak-anak. Banyak keluarga yang datang ke taman ini untuk berpiknik, menikmati udara segar, dan pemandangan indah sambil menikmati makanan khas Makassar.

Taman ini juga sering menjadi spot foto favorit dan tempat yang nyaman untuk bersantai sambil membaca buku. Pemandangan yang indah dan udara yang sejuk membuat tempat ini sangat cocok untuk bersantai, terutama saat matahari terbenam.

Festival dan Event Seni Budaya

Selain itu, tempat ini juga menawarkan berbagai festival dan acara seni budaya yang menarik. Festival-festival ini biasanya diadakan pada waktu-waktu tertentu dan berlangsung di panggung yang ada di dalam benteng. Beberapa festival tersebut antara lain Festival ‘Lipa Sabbe’, pameran live sketch di galeri Dewan Kesenian Makassar (DKM), Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM), dan acara-acara Teater La Galigo.

Fasilitas

Fasilitas wisata di dalam benteng ini juga lengkap dan akan membuat Anda merasa nyaman, seperti:

  • Mushola
  • Museum
  • Taman spot foto
  • Taman bermain anak
  • Area parkir yang luas
  • Toilet umum
  • Toko oleh-oleh khas Makassar

Kesimpulan

Benteng Fort Rotterdam adalah peninggalan sejarah yang menarik dan unik di Kota Makassar, Indonesia. Terletak di pesisir pantai, benteng ini memancarkan pesona masa lalu dengan arsitektur yang mengesankan. Berfungsi sebagai pusat perdagangan dan pertahanan, benteng ini menyajikan sejarah yang kaya. Pengunjung dapat menjelajahi kawasan benteng dan menikmati pemandangan pantai losari yang menakjubkan. Dengan tiket masuk terjangkau, tempat ini adalah destinasi wisata yang menarik bagi siapa saja yang ingin menjelajahi warisan sejarah Indonesia.

Artikel menarik lainnya > Minangkabau: Menjelajahi Warisan Budaya di Sumatera Barat