Candi merupakan bangunan bersejarah yang berkaitan dengan kisah kosmologi suatu kepercayaan. Soekarno menyatakan bahwa candi bukan hanya sekadar malam, melainkan kuil pemujaan. Bangunan candi merupakan gambaran Gunung Meru, gunung suci dalam mitologi India. Gunung Meru dianggap sebagai pusat jagad raya yang dikelilingi oleh tujuh benua dan tujuh lautan.
Sejarah Candi Sewu
Candi Sewu adalah candi yang berlatar belakang agama Buddha, dibangun pada abad ke-8 pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Seperti halnya candi-candi lain, Candi Sewu dibangun sebagai tempat ibadah dan upacara keagamaan. Sejak abad ke-8, Candi Sewu ditemukan dalam kondisi tumpukan batu. Kurangnya perhatian menyebabkan kerusakan yang semakin parah, serta hilangnya bagian-bagian candi yang diambil untuk kepentingan pribadi. Pembangunan kembali Candi Sewu dilakukan secara bertahap, disebabkan oleh sulitnya proses pencarian batuan yang sesuai. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam arsitektur bangunan tanpa mengubah hiasan dan ornamen yang terdapat di dalam candi.
Keunikan Arsitektur Candi Sewu
Candi mulai dibangun pada masa kerajaan yang saat itu menganut agama Hindu-Buddha. Arsitektur candi dari satu tempat ke tempat lain memiliki perbedaan, begitu pula dengan candi yang dibangun pada masa agama Hindu dan Buddha. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing di setiap bangunannya.
Video Candi Sewu Prambanan
Gambaran Mengenai Candi Sewu
Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi Sewu berjarak 800 meter dari Candi Roro Jonggrang. Dibangun pada masa Kerajaan Mataram yang saat itu menganut agama Buddha, Candi Sewu memiliki 46 arca Dhayani Buddha, 4 arca Bodhisattwa, serta kemucuk atap yang berbentuk stupa. Diperkirakan dibangun pada abad ke-8 atas perintah Rakai Panangkaran tahun 746-784 M. Hal ini didasarkan pada prasasti Manjusrigrta yang ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta, yang menunjukkan tahun 714 Saka atau 792 Masehi. Meskipun raja Kerajaan Mataram beragama Hindu, hubungan yang kuat dengan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha menyebabkan Peseona Candi Sewu juga digunakan sebagai pusat keagamaan Buddha.
Kompleks Candi Sewu
Berbeda dengan namanya, kompleks Candi Sewu tidak berjumlah seribu, melainkan hanya terdiri dari 249 candi. Ini terdiri dari 1 candi induk, 8 candi pengapit, serta 240 candi perwara. Pola bangunan Candi Sewu adalah pola konsentris, yaitu bangunan utama dikelilingi oleh candi perwara. Di dalam kompleks Candi Prambanan terdapat delapan arca Dwarapala setinggi 295 cm yang terdapat pada empat pintu masuk halaman kedua. Masing-masing pintu memiliki sepasang Dwarapala yang saling berhadapan. Halaman pusat candi dikelilingi oleh pagar yang berdenah bujur sangkar dan menghadap ke timur. Di halaman tengah terdapat Candi Perwara dan Candi Apit. Candi Perwara tersusun dalam empat deret membentuk persegi panjang, sedangkan Candi Apit terletak di antara Candi Perwara dengan posisi saling berhadapan.
Candi Sewu Masa Kolonial
Pada awal tahun 1807, H.C. Cornelius menggambar denah yang menunjukkan muka candi induk dan salah satu perwaranya. Namun, dalam penggambarannya terjadi kesalahan dalam bentuk denah yang seharusnya bujur sangkar serta jumlah candi perwara yang tidak akurat.
Menurut catatan tamu kerajaan Nyonya Baron U.S. Band van Braam, Candi Sewu semakin parah kondisinya. Banyak batu candi digunakan untuk bahan bangunan rumah penduduk sekitar, dan banyak arca diambil oleh kolektor barang antik, terutama dari Eropa. Pada tahun 1825, Aguste Payen membuat seri gambar Candi Sewu, menunjukkan beberapa gambar candi induk dan pintu samping untuk masuk ke bilik 2, 3, 4, dan 5.
Upaya Pelestarian Candi Sewu
Pada tahun 1867, juru potret Van Kinsbergen memfoto bangunan Candi Sewu sebelum gempa yang menyebabkan runtuhnya candi induk. Penelitian mengenai Candi Sewu terus dilakukan hingga ditemukan arca-arca yang masih utuh dan jumlah serta posisi Candi Perwara. Pada tahun 1908, pemugaran pertama Candi Sewu dilakukan pada masa Kolonial dengan pembersihan dan pemugaran menggunakan peralatan sederhana. Pemugaran pertama difokuskan pada candi induk dan candi perwara deret pertama.
Penelitian dan pemugaran Candi Sewu terus berlanjut hingga masa kemerdekaan. Namun, perhatian dan pemugaran terhenti ketika Jepang menguasai. Setelah kemerdekaan, penelitian kembali dilanjutkan. Pemugaran Candi Sewu dimulai pada 1 April 1981 dan selesai pada tahun 1992/1993. Pemugaran dilakukan pada Candi Induk Sewu. Ketika pertama kali dipugar, kaki dan tubuh candi ditemukan di tempat semula dan sebagian besar hiasannya masih utuh.
Arsitektur Bangunan Candi Sewu
Candi Sewu dibangun menggunakan denah mandala, aliran Mahayana. Ciri khas bangunan dan Pesona Candi Sewu adalah atapnya yang berbentuk segitiga, sesuai dengan konsep surgawi. Tata ruang luar dan dalam membentuk cluster geometris. Tata ruang Candi Sewu berpusat di tengah dengan diperkuat oleh candi perwara di sekelilingnya. Candi Induk Sewu memiliki ornamen hiasan yang minimalis.
Pembangunan Candi Sewu dilakukan secara bertahap sehingga terdapat perubahan arsitektur dalam bentuk bangunannya. Perubahan biasanya dilakukan pada tangga dan bilik pintu di Candi Perwara dan Candi Induk. Misalnya, perubahan pada bilik candi 1 yang awalnya terdapat tangga kecil untuk naik ke atas lapik arca, namun setelah ditemukan arca baru, tangga dimajukan untuk rata dengan perbingkaian bidang lapik arca.
Ornamen dan Hiasan Candi Sewu
Candi Sewu memiliki berbagai ornamen hiasan, termasuk hiasan keben dan stupa di puncak candi. Keben diletakkan pada tingkatan paling bawah, sedangkan stupa di tingkatan paling atas. Atap candi menampilkan ornamen hiasan seperti lereng bangku dan kumis militer. Bentuk atap lereng bangku memiliki kala yang diapit oleh dua makhluk kahyangan, sedangkan kumis militer memiliki kala yang menggigit kumpulan bunga yang diapit oleh dua makhluk kahyangan. Pada badan candi terdapat ornamen hiasan dengan bentuk kala dan makara, makhluk mitologi yang merupakan wahana Dewa Varuna.
Kesimpulan
Candi Sewu merupakan salah satu candi tua yang berdiri di Jawa Tengah. Dibangun pada era Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8 dengan corak agama Buddha, Candi Sewu ditemukan dalam kondisi rusak dan sebagian batu hilang. Pembangunan kembali dilakukan secara bertahap dengan beberapa penelitian untuk menentukan bentuk bangunan dan pencarian bebatuan. Perubahan arsitektur terjadi seiring dengan perkembangan temuan baru, namun perbedaan ornamen yang terdapat pada Candi Sewu menjadi ciri khas tersendiri.
sumber: kemdikbud.go.id
Segarnya Wisata Air Umbul Ponggok Klaten
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.