Keindahan Keraton Ratu Boko Yogyakarta

Candi Ratu Boko, yang merupakan salah satu peninggalan Hindu di kawasan Prambanan, terletak di Desa Dawing dan Desa Sambireja, sekitar 19 km di timur Kota Yogyakarta. Candi ini juga dikenal dengan nama Keraton Ratu Boko Yogyakarta, dan berdiri megah di puncak bukit.

Nama “Ratu Boko” diambil dari seorang raja Mataram yang legendaris, yang diyakini sebagai pemilik istana atau keraton yang kini menjadi reruntuhan Candi Ratu Boko. Raja dan Ratu Boko ini juga dikenal dalam legenda sebagai orang tua dari Roro Jonggrang, tokoh sentral dalam cerita rakyat Candi Sewu yang popular.

Sejarah Keraton Ratu Boko

Keraton Ratu Boko terletak sekitar 3 km di selatan Candi Prambanan, Yogyakarta. Lokasi ini berada di atas bukit dengan ketinggian ±195,97 meter di atas permukaan laut, memberikan pemandangan yang memukau. Meskipun sering disebut sebagai candi, Keraton Ratu Boko sebenarnya adalah reruntuhan sebuah kerajaan kuno, sehingga lebih tepat disebut sebagai “Keraton Ratu Boko”. Nama ini berasal dari legenda yang menyebutkan bahwa situs tersebut adalah istana Ratu Boko, ayah dari Roro Jonggrang.

Keraton ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra, yang menganut agama Buddha. Namun, kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram yang beragama Hindu, menyebabkan pengaruh Hindu dan Buddha terlihat dalam struktur bangunannya.

Prasasti Abhayagiriwihara dan Rakai Panangkaran

Di situs Ratu Boko ditemukan prasasti yang bertanggal 792 M, dikenal sebagai Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti ini menjadi dasar dugaan bahwa Keraton Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf pranagari, yang merupakan ciri khas prasasti Buddha. Di dalamnya disebutkan bahwa Raja Tejapurnama Panangkarana, yang diyakini adalah Rakai Panangkaran, memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara.

Nama Abhayagiriwihara berarti “biara yang dibangun di atas bukit yang penuh kedamaian”, yang menggambarkan suasana spiritual dari tempat tersebut. Pada masa pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni (898-908 M), Abhayagiriwihara berubah nama menjadi Keraton Walaing.

Kompleks Bangunan Keraton Ratu Boko

Keraton Ratu Boko memiliki beberapa kelompok bangunan yang tersebar di area yang cukup luas. Namun, sebagian besar dari bangunan tersebut kini hanya tersisa sebagai reruntuhan.

Gerbang

Gerbang masuk ke kawasan Keraton Ratu Boko terletak di sisi barat, pada lokasi yang lebih tinggi. Pengunjung harus mendaki sekitar 100 meter dari tempat parkir untuk mencapai gerbang ini. Terdapat dua gerbang, yakni gerbang luar dan gerbang dalam, dengan gerbang dalam sebagai gerbang utama.

Candi Batukapur

Sekitar 45 meter dari gerbang pertama, ke arah timur laut, terdapat fondasi berukuran 5×5 meter persegi yang terbuat dari batu kapur. Diduga bangunan ini dulunya memiliki dinding dan atap dari bahan yang mudah rusak seperti kayu, sehingga kini hanya tersisa fondasinya.

Candi Pembokoran

Candi Pembokoran adalah teras tanah berundak setinggi 3 meter yang terletak sekitar 37 meter ke arah timur laut dari gerbang utama. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan luas 26 meter persegi dan di puncaknya terdapat pelataran yang digunakan sebagai tempat pembokoran mayat.

Paseban

Paseban adalah tempat untuk menghadap raja. Bangunan ini berupa teras dari batu andesit setinggi 1,5 meter dengan panjang 38 meter dan lebar 7 meter. Tangga menuju lantai paseban terletak di sisi barat, dan terdapat 20 umpak fondasi yang menandai tempat tiang bangunan.

Pendapa

Pendapa adalah area yang dikelilingi dinding batu setinggi 3 meter, dengan ukuran 40×30 meter. Di bagian luar dinding ini, terdapat terasa batu yang masih utuh dengan tiga candi kecil di ujungnya, yang digunakan untuk memuja Dewa Wisnu, Syiwa, dan Brahma.

Keputren

Keputren, yang berarti tempat tinggal para putri, terletak di sebelah timur pendapa. Area ini terbagi menjadi dua bagian, dengan tembok batu yang memiliki pintu penghubung. Terdapat tiga kolam persegi dan delapan kolam bundar di dalamnya.

Gua Lanang dan Gua Wadon

Di lereng bukit Keraton Ratu Boko, terdapat dua gua yang dikenal sebagai Gua Lanang dan Gua Wadon. Gua Lanang memiliki lorong persegi dengan relung-relung seperti bilik di dalamnya. Sementara itu, Gua Wadon yang lebih kecil juga memiliki relung di bagian belakangnya.


Keraton Ratu Boko adalah saksi bisu sejarah panjang dan kompleks Yogyakarta, memadukan unsur Hindu dan Buddha dalam arsitekturnya. Sebagai situs bersejarah, Ratu Boko menawarkan keindahan dan misteri yang masih menarik banyak pengunjung hingga saat ini.

Arsitektur dan Gapura Megah

Setibanya di pelataran Candi Ratu Boko, pengunjung akan disambut oleh tiga gapura paduraksa yang berdiri sejajar. Di bagian dalam kompleks candi, terdapat gapura utama yang lebih besar dengan lima gapura paduraksa. Pada gapura utama ini, terdapat sebuah prasasti yang bertuliskan “Panabwara,” yang merujuk pada Rakai Panabwara, keturunan dari Raja Rakai Panangkaran. Berdasarkan catatan sejarah, Rakai Panangkaran adalah salah satu penguasa yang membangun Keraton Ratu Boko, yang kini menjadi situs Candi Ratu Boko yang terkenal.

Kompleks Candi dan Pemandangan

Di dalam kompleks Keraton Ratu Boko, pengunjung dapat menemukan beberapa candi kecil lainnya, seperti Candi Batu Putih, Candi Pembakaran, dan Sumur Suci yang diyakini memiliki nilai spiritual. Dari ketinggian Candi Ratu Boko, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah Kota Yogyakarta. Terletak menghadap ke barat, candi ini menjadi lokasi favorit untuk menyaksikan matahari terbenam, menjadikannya tujuan yang sempurna untuk dikunjungi pada sore hari.

Kesimpulan dan Penutup

Keraton Ratu Boko merupakan situs bersejarah yang menyimpan keindahan arsitektur dan nilai spiritual yang mendalam. Terletak di atas bukit dengan pemandangan menakjubkan, tempat ini memadukan unsur Hindu dan Buddha dalam desain bangunannya, mencerminkan sejarah panjang Yogyakarta. Berbagai peninggalan seperti gerbang megah dan bangunan-bangunan kuno di sekitar kompleks ini menjadi saksi bisu dari masa kejayaan kerajaan yang pernah berdiri di lokasi ini. Kombinasi antara keindahan alam dan sejarah membuat Keraton Ratu Boko menjadi salah satu destinasi wisata yang memikat di Yogyakarta.

Sebagai penutup, kunjungan ke Keraton Ratu Boko tidak hanya menawarkan pengalaman menikmati keindahan arsitektur kuno, tetapi juga memungkinkan pengunjung untuk meresapi aura spiritual dan sejarah yang kental. Dengan pemandangan spektakuler yang menghadap ke barat, tempat ini menjadi pilihan sempurna untuk menyaksikan matahari terbenam, menghadirkan momen yang tak terlupakan. Keraton Ratu Boko, dengan segala keindahan dan misterinya, tetap menjadi ikon penting dalam sejarah dan budaya Yogyakarta yang patut dijaga dan dilestarikan.

Bukit Klangon Yogyakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *