Selamat tahun baru kawan, Tahun Baru di Gunung Bromo dan teman-teman serta sodara dimanapun kalian berada, aku akan berbagi cerita perjalanan penutupan akhir tahun 2018 dan perayaan tahun baru 2019 di Gunung Bromo.
Merayakan tahun baru bagiku adalah hal yang sangat jarang terjadi, karena menurutku tahun baru merupakan hal yang biasa saja, seperti hari-hari kemarin jika tidak ada tujuan dan Resolusi yang ingin dicapai. Cerita ini berawal dari kebiasaanku di rumah, tepatnya di kamar tidur yang telah kuseting sebagian menjadi ruang kerja dan sebagian menjadi tempat tidur.
Jika aku pusing dengan pekerjaan maka jalan terakhir adalah ku ambil gitar lalu mulai kumainkan, hehehee.. sory maksudnya aku akan langsung mengambil bantal dan mulai tidur hingga bangun dan otak ku fresh kembali. Play hard sleep hard.
Hari Kamis, tanggal 20 Desember 2018
Saat aku sibuk dengan rutinitas di kamar, eh maksudnya di ruang kerja, tiba-tiba terdengar suara watsap dari seorang teman bernama, sebut saja Marwoto (nama sengaja disamarkan karena menyangkut privasi orang yang tidak ingin dipublikasikan). Marwoto tiba-tiba mengirim pesan singkat w.a, “ayuh sesuk munggah bromo”.
Sejenak aku tidak merespon w.a tersebut, karena aku tau bahwa teman satu ini sudah terbiasa dengan ketidak jelasanya mengenai ajakan dan kabar dikalangan teman-teman segrup w.a lainya. Tapi setelah ku balas w.a nya “jl. Bromo a?” akhirnya dia menjawab “Boloq (dari luar kota) sesuk esuk teko cuk, tenanan”. Setelah diterawang ternyata dia sedikit serius, dan akhirnya ku anggap bahwa hal ini keseriusan dan merupakan kesempatan pergi ke Bromo, setelah sekian tahun tidak pernah kesana. Lumayan.. Liburan akhir Tahun.
Pergi ke Bromo ini sekalian reunian dengan teman semasa kuliah dulu, karena ada salah satu teman kuliah dulu yang memiliki hardtop dari probolinggo yang memfasilitasi gratis untuk keliling Bromo. Jadi yang berangkat dari malang 4 orang ketambahan satu teman dari drop point Probolinggo.
Setelah mendapat kabar kepastian berangkat ke Bromo, aku mempersiapkan diri dan perbekalan menuju Bromo. Sebenernya bukan perbekalan akan tetapi lebih tepat disebut membawa perlengkapan untuk bertahan hidup supaya tidak kedinginan di Gunung Bromo. Perlengkapan yang sering ku bawa saat ke bromo diantaranya: Jaket tebel, Kerpus, Syal, Masker debu, sepatu, kaos kaki, ransel dan yang terpenting kamera untuk poto-poto.
Setelah semua siap dan di masukan ransel, aku langsung bergegas menghadiri acara seminar terlebih dahulu. Karena kita janjian berangkat hari kamis, selesai menghadiri seminar komunitas Youtubers Kota Malang sehabis Sholat Isza.
Setelah seminar selesai, aku kembali pulang ke Dinoyo dan mempersiapkan perbekalan. Temanku Marwoto dan sodaranya menaiki mobil spander dari rumahnya di daerah karangploso dan menjemputku di depan Unisma. Setelah ketemu dan siap kita berangkat menjemput teman satunya lagi satu kampus dulu ke daerah simpang luwe, sebut saja Ronald. Setelah semua terkumpul, tepat jam 10 malam kita berempat langsung otw ke Probolinggo.
Perjalanan dari Kota Malang ke Kota Probolinggo cukup lancar karena malam hari jalanan cukup lenggang, berbeda dengan siang hari dimana jalur tersebut biasanya cukup padat oleh kendaraan pribadi dan kendaraan berat. Hanya saja sempat terjadi mis komunikasi, saat itu kita kejauhan bertemu teman yang diprobolinggo karena teman yang di kirimin share location tertidur dimobil, sehingga informasi tidak tersampaikan kepada Ronald yang saat itu sedang menjadi sopir, dan aku sendiri sebagai tukang navigasi.
Sesampainya di kota Probolinggo, kita berempat bertemu teman satu angkatan kuliah sebut saja Dikin 😀 kita menjadi berlima dan memutuskan ngopi dulu, dan sebelum jam 01.00 dini hari cuss ke droppoint di tempat hardtopnya terparkir. Setelah puas menikmati kopi sachetan akhirnya kita bergegas otw lagi ke droppoint, bersama rombongan yang temenku tunggu. Temenku dari probolinggo ini memiliki biro perjalanan hardtop ke Bromo dan Semeru melalui jalur Kota Probolinggo, jika berminat bisa tanyakan nomer pada penulis, hehehee..
Hari normal tarif hardtop dari probolinggo sini berkisar antara 750-800 rb dengan ini maksimal 7 orang, dan jika liburan akan naik hingga 1jtan. Untuk tiket menuju bromo sendiri sekitar 20-25 rb per orang di portal pertama dan portal ke dua sekitar 10rban per orang.
Hari Jum’at, tanggal 21 Desember 2018 Gunung Bromo
Setelah melewati dan menembus desa-desa di daerah rumah temenku di Probolinggo, akhirnya kita sampai pukul 02.00 dini hari di parkiran tempat mobil pribadi harus ganti dengan hardtop, untuk melanjutkan ke penanjakan Kawasan Gunung Bromo Tengger Semeru, karena mobil pribadi sudah tidak boleh naik lagi. Dini hari itu cuaca kurang bersahabat, karena dari sore hari sudah hujan gerimis.
Meskipun demikian tidak mengurangi semangat untuk pergi ke penanjakan melihat sunrise. Seperti biasa kita menunggu saat-saat terakhir saja, karena sopir yang dibawa temenku berpengalaman dan menginfokan bahwa situasi musim liburan akhir tahun pasti ramai, di penanjakan pasti antri. Dan teman-teman ngajakin ngopi dulu sambil memesan mie instan rebus untuk menghangatkan tubuh. Tiada hari tanpa ngopiiii napaaah..
Sekitar pukul 03.00 akhirnya kita memutuskan bergegas untuk menuju penanjakan, kurang lebih perjalanan 1,5 jam, jadi saat di penanjakan atau bukit alternatif penanjakan langsung dapat melihat sunrise tanpa harus menunggu berlama-lama diatas dan kedinginan. Dalam perjalananku tiap kali ke Bromo, baru satu kali ini aku menaiki hardtop dari jalur Probolinggo.
Sebelumnya aku biasa melewati jalur Pasuruan dan Malang, yang lebih familiar dan lebih dekat diakses dari kota Malang. Dan jika anda dari bandara Juanda anda akan lebih mudah mengakses Bromo dari Kota Pasuruan dan Kota Probolinggo. Kalau menurutku jalur Probolinggo ini tidak terlalu panjang dan lebih dekat karena mungkin sedikit jalannya yang berkelok-kelok. Dan ketika sudah mencapai jalur pasir dan menuju penanjakan semua sama seperti terakhir kali aku pergi ke Bromo, jalurnya, aspalnya, suasanaya dan pohon-pohonya masih sama seperti yang dulu.
Hingga sampailah pada bukit cinta Bromo. Tidak sampai ke penanjakan karena saat itu situasi sedang ramai, macet dan terutama parkiran hardtop. Jadi Hardtop tidak bisa dipaksakan hingga atas, dan bisa dilanjutkan dengan jalan kaki atau naik ojek. Kita saat di penanjakan bukit cinta hanya menunggu sekitar 20 menit untuk mendapatkan sunrise. Dan Alhamdulillah kita mendapat keindahan sunrise kurang lebih 1-2jam, sehingga dapat menikmatinya dan sempat mengabadikannya dengan berfoto-foto dan merekam video.
Setelah selesai melakukan foto teman ku marwoto mengajak untuk naik ke penanjakan 1. Salahsatu cara untuk menuju kesana hanya dengan naik ojek. Saat itu temen probolinggo Dikin berusaha untuk menawar ojek, dan didapatkan 2 motor untuk 4 orang 100rb PP penanjakan cinta ke penanjakan 1. Lumayan mahal jika dilihat dari jarak tempuhnya. Dipenanjakan 1 ini pemandangan Bromo bisa dilihat dengan jelas, karena spotnya lebih tinggi dibanding dengan penanjakan bukit cinta. Akan tetapi saat sampai di atas penanjakan kondisinya sedang berkabut dan berawan. Sehingga pemandangan gunung dan kawah bromo tidak begitu terlihat jelas. Akan tetapi masih sempat berfoto-foto dengan bebas karena kondisi yang sudah sepi karena sudah banyak pengunjung yang menuju kawah Bromo. Setelah puas dengan foto-foto di penanjakan 1, akhirnya kita semua bergegas menuju pasir dan kawah Bromo.
Kabut di Gunung Bromo
Dipenanjakan sudah tidak dapat menikmati pemandangan gunung bromo. Karena tertutup oleh kabut dan awan yang tebal, jalan terakhir adalah menuju ke pasir dan kawah bromo. Karena disini kita dapat menikmati gugusan perbukitan yang membentuk kawah dan sisa-sisa letusan purba bromo. Kita bisa saja hanya menikmati keindahan bromo tapi kita tidak akan pernah melupakanya hanya dengan mengingat. Maka dari itu selama anda berada di bromo, sempatkan berfoto dengan berbagai gaya dan ekspresi untuk kenang-kenangan anda semua. Jangan takut untuk dibilang norak, kampungan dan lebay.
Karena justru dengan hal-hal konyol tersebut, memory foto-foto anda akan selalu terkenang dan dikenang oleh sahabat, teman dan saudara anda. Dan anda ketika membuka foto kenangan tersebut anda akan serasa di bromo dan ingin pergi kebromo lagi dengan teman-teman anda. Begitulah kira-kira jika aku pergi ke bromo. Selalu menyempatkan foto dan memfoto pemandangan indahnya.
Saat di parkiran pasir menuju kawah, aku dan teman-teman tidak menuju kawah. Tapi pergi ke warung yang dekat parkiran hardtop, disini kita menikmati sarapan pagi dan sekeder menikmati teh atau kopi sachetan. Kapan lagi digunung bisa ngopi bareng. Dan sekali lagi kita Ngopi untuk menghangatkan tubuh, hehee.
Sementara temenku menunggu sarapan aku keluar tenda warung dan mengabadikan tiap sudut sekitar, warung, parkiran. Dan keindahan sekitarnya denga memfoto dan memvideo. Jadilah kita di area situ menikmati bau belerang, debu pasir. Dan sedikit tai kuda dengan sarapan dan segelas kopi atau teh hangat, oooh sungguh nikmat yang tiada tara dan patut di syukuri.
Setelah semua kenyang akhirnya kita pergi ke destinasi terakhir gunung bromo, yakni bukit teletubies. Dibukit ini jangan harap anda mendapat pemandangan indah jika kesini saat musim kemarau. Karena sabana yang membentuk bukit akan mengering dan bahkan jika sudah parah. Bukit tersebut akan terbakar dan meninggalkan sisa-sisa ilalang yang kering dan menghitam serta tidak nampak seperti bukit teletubies.
Beruntung saat kita kesana bikit segar dan berwarna hijau. Karena saat bulan Desember ini sedang musim hujan, dan banyak sabana yang tumbuh. Sehingga pemandangan bukit teletubies benar-benar seperti di film. Dan sekali lagi kita mengeluarkan kamera untuk berfoto-foto seperti anak kecil dan mungkin seperti pemain teletubies, berpelukaaaaan… 😀
Dan itulah perjalanan terakhir untuk destinasi ke Bromo dipenghujung tahun 2018 ini. Setelah dari Bromo ini kita sempatkan mampir di Rumah Dikin untuk beristirahat dan sorenya kembali lagi ke Kota Malang. Karena perjalanan dan cerita lanjutan hingga tanggal 1 Januari 2019. Selanjutnya yang sudah sudah antri dan menunggu yakni tiktok nganter Teman ke Gunung Panderman di Kota Batu.
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.
I love your blog.. very nice colors & theme. Did you create this website yourself? Plz reply back as I’m looking to create my own blog and would like to know wheere u got this from. thanks