Awal mula diajak Mendaki
Ketika aku masih bekerja di Pengeboran Batu bara, hal yang paling di tunggu-tunggu adalah cuti. Saat itu aku bekerja roosteran selama kurang lebih 75 hari di Proyek Jambi, Muara Tebo. Sekitar tanggal 26 Juli 2014 aku resmi cuti selama 14 hari dari pekerjaan di lapangan yang pada saat itu bertepatan dengan libur Lebaran.
Perjalanan pulang kerumah dari Sumatra sangat lancar dan aman terkendali, sesampai dikota Malang aku bertemu dengan Keluarga dan Teman-teman. Pada saat bertemu dengan teman-teman ini lah aku mendapat kabar jika pendaki Gunung senior di kampung halamanku sebut saja Mas Eko dan Mas Bari akan mengadakan pendakian bersama ke Gunung Semeru.
Sebenarnya waktu pendakian kurang pas buat orang yang beragama Islam seperti aku, karena Mendaki Gunung Semeru akan dilaksanakan ketika H+1 Lebaran tanggal 29 Juli 2014. Sontak saja aku sempat bimbang ingin ikut atau tidak, karena hari-hari itu seluruh keluarga besarku berkumpul bersama merayakan Lebaran di Rumah. Bimbang karena kapan lagi bisa ke Semeru dan kapan lagi ada yang ngajakin, karena teman-taman yang lain sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya.
Ketika aku tanyakan kenapa harus H+1 Lebaran berangkatnya, Mas eko menjawab, karena hari itu kerjaan kita libur 3 hari dan waktu itulah yang pas untuk berangkat, selain itu ketika suasana lebaran kondisi Gunung Semeru sepi dari Para Pendaki. Atas dasar itulah aku mau tidak mau, terpaksa dan legowo akhirnya memutuskan untuk ikut rombongan Naik ke Semeru.
Perlengkapan Mendaki Gunung Semeru
Sebelum hari H berangkat ke Gunung Semeru, tiap malam kita berkumpul dan mempersiapkan peralatan dan perlengkapan, serta briefing saat pendakian nanti. Saat itu PR ku adalah membeli perlengkapan pendakian dan sesekali jalan kaki untuk pemanasan saat pendakian, maklum kerja di proyek pengeboran Batu Bara jarang berjalan kaki jauh ataupun berolahraga.
Perlengkapan yang harus aku persiapkan adalah perlengkapan pribadi, diantaranya matras, kerpus, sarung tangan, senter, baju hangat, sepatu hiking dan kaos kaki. Tas carier sudah punya karena setiap ke lokasi pekerjaan di plosok-plosok Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra tas ini sudah menjadi kebutuhan pribadi. Perlengkapan yang aku butuhkan untuk mendaki semua ku beli baru, padahal ada penyewaan sendiri, mungkin pikiranku untuk kebutuhan mendaki di gunung-gungung berikutnya, karena aku dan temanku di kampung suka sekali berpetualangan kealam bebas.
Perlengkapan Siap, Fisik dan Hati tidak Siap 😀
Saat peralatan dan perlengkapan mendaki sudah komplit dan terpenuhi giliran Kekuatan Fisik yang meragukan, selain jarang gerak body juga pengaruh kerjaan yang susuah untuk diajak kompromi dalam hal olahraga. Hal ini lah yang menjadi salah satu alasaku kenapa aku pingin usaha sendiri, karena bekerja ikut orang lain itu mematikan hobi, hobi mendaki gunung, olahraga dan ngetrip mengelilingi tempat-tempat eksotis di Indonesia, hehehee..
Alhasil untuk pemanasan sebelum mendaki aku hanya melatih otot kaki dengan berjalan kaki saat membeli perlengkapan mendaki diseputaran Dinoyo, sungguh realita yang tidak patut dijadikan contoh bagi yang ingin ke Semeru. Tapi untungnya karena aku tidak merokok dan dulu waktu masih kuliah dan belum bekerja sering main bola yang merupakan hobi keseharianku di kampung halaman dengan teman sebaya. Masalah Fisik sedikit terselesaikan, wkwkwk..
H+1 Lebaran, Otw Tumpang
Pagi hari H Mendaki Gunung Semeru, sekitar Pukul 5.30 WIB, disaat suasana masih berbau lebaran dan silatuhrahim dengan keluarga, aku dengan berat hati menuju rumah Mas Bari untuk berkumpul dan bersiap berangkat. Pengecekan perbekalan dan perlengkapan dilakuakan, setelah semua siap sesuai rencana, kita berangkat menuju Ke Pasar Tumpang.
Perjalanan pagi itu benar-benar sepi, dengan dinginnya angin yang menusuk tulang menembus jaket tebal, sesekali disuguhi pemandangan ibu-ibu kepasar dan orang-orang berjalan kaki di pinggir jalan. Mungkin suasananya masih libur lebaran jadi masih adem ayem. Perjalanan sekitar 1 jaman, hingga sampai ke pasar tumpang. Disana membeli perbekalan dan perlengkapan masak secukupnya dan tujuan awalnya adalah pergi ke Puskesmas Tumpang untuk meminta Surat Keterangan Sehat sebagai syarat pendakian ke Maha Meru.
Lupa Fotokopi KTP
Hal yang terlupa saat itu adalah aku tidak membawa Foto kopi KTP untuk mengurus surat keterangan dan syarat ijin di Pos Pendakian. Alhasil saat pagi sekitar jam 7an aku muter-muter nyari tempat Foto kopi di Pasar Tumpang. Dan untungnya ada warnet yang buka 24 jam, dan disinilah aku ngeprint KTP ku dan untungnya lagi aku pernah nyimpan scan KTP di email, dan langsung memberikan ke mbak-mbak penjaga warnet supaya cepat diprint.
Setelah selesai dengan Fotokopi KTP aku dan Mas Bari, bergerak mengurus surat keteranagan Sehat, dan ternyata masalah ada lagi, ternyata menunggu petugasnya yang masuk jam 9.00 pagi. Kita dengan terpaksa menunggu lagi dan mencari warung kopi untuk ngopi dan sarapan dulu. Setelah jam 9.00 kita semua bergegas mengurus surat keterangan sehat, kurang lebih 1 jaman kami mengurus persyaratan sampai ke medical check up juga sehingga surat keterangan sehat dapat keluar.
Setelah surat ada ditangan, kami pun langsung bergerak menuju Ranu Pani atau Pos Pendaftaran Mendaki Gunung Semeru, sekitar 1,5 jam perjalanan. Kita waktu itu menggunakan 3 motor dengan rombongan cuman 5 orang, minimalis sekali wkwkwk. Personilnnya Mas Eko, Mas Bari, Mas Wid, Mas Purbo dan aku sendiri yang paling junior, tiga orang merupakan pendaki senior di komunitasnya dan di kampungku, kecuali Mas Wid sama kayak aku masih noob untuk mendaki gungung tinggi, karena paling tinggi cuman Gunung Panderman di Belakang Rumah, hehehee..
Bersambung…
Artikel selanjutnya: Pendakian Ke Mahameru, Ranu Pani #2
#jangannyampahdigunung
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.