Pendakian Gunung Papandayan : Awas Babi Hutan ! #2

Artikel sebelumnya: Pendakian Gunung Papandayan : Awas Babi Hutan ! #1

Ambiled dari: Kompas Regional

Jalur Ulat Bulu

Camp Goberhood, tempat ini sebenarnya bisa dijadikan tempat untuk mendirikan tenda juga selain pondok saladah, tapi kami memutuskan untuk ngecamp di Pondok Saladah. Dan disini kami istirahat sejenak menikmati gorengan dan minuman hangat di warung Pendakian Gunung Papandayan. Dari camp Goberhood ini masih harus berjalan sekitar 10 menit lagi ke Pondok Saladah, jalur nya sedikit becek akibat hujan dan juga udara nya yang lembab karna jalur yang rapat oleh pepohonan. Tapi sedikit menyeramkan karna sepanjang jalur ini banyak terdapat ulat bulu yang menempel di pohon maupun yang berkeliaran di tanah, jadi harus extra hati hati. Dan ulat ulat ini juga banyak terdapat di Pondok Saladah tempat kami mendirikan tenda.

Di Pondok Saladah ini fasilitas nya lumayan lengkap ya sebanding dengan tiket masuk yang mahal, karna disini terdapat beberapa toilet yang bersih dan air yang terus mengalir jadi kalau mau buang air tidak harus menggali dulu hehe. Disini juga terdapat warung warung yang menyediakan makanan minuman, jadi kalau tidak bawa logistik atau malas masak mampir aja ke warung dan harganya masih terjangkau contoh : nasi goreng 15ribu, teh manis 5ribu, Aqua 1.5lt 15ribu, nasi putih 5ribu (harga Januari 2019). Dan diwarung warung ini juga terdapat api unggun jadi para pendaki bisa menghangatkan badan dekat api sambil ngobrol dengan pemilik warung.

Pondok Saladah

Sampai Pondok Saladah sekitar jam setengah 11 siang jadi total pendakian santai dari basecamp David ke Pondok Saladah menghabiskan waktu 3 jam. Kemudian kami mendirikan tenda di area yang jauh dari pepohonan untuk menghindari ulat bulu yang banyak berkeliaran. Siang itu udara lumayan cerah jadi kami bisa menikmati Edelweis yang ada di Pondok Saladah walaupun saat itu belum berbunga.

Dan setelah makan siang di warung hujan turun dengan deras dari siang sampai sore hari, sehingga rencana untuk ke Tegal Alun siang itu gagal. Oiya Tegal Alun itu adalah padang Edelweis yang sangat luas yang letaknya masih jauh dari Pondok Saladah. Banyak yang bilang kalau Tegal Alun ini adalah surganya Edelweis Pendakian Gunung Papandayan.

Baca juga: Cerita Gunung Kawi mbah Jugo adalah Taw Low She

Hujan membuat Panik

Siang itu akhirnya kami dan juga para pendaki lain cuma santai dalam tenda menunggu hujan reda sambil ngobrol. Dan makin sore hujan tidak menunjukkan tanda akan berhenti, bahkan air mulai merembes ke dalam tenda karna tempat kami mendirikan tenda berada diatas lahan berumput yang sedikit rendah sehingga air tidak bisa mengalir malah menggenang.

Kami mulai was was kebanjiran apabila hujan terus menerus sampai malam. Dan tiba tiba teman gue ngajak turun gunung saat itu juga! nah loh padahal waktu itu hari sudah mulai gelap dan udara juga semakin dingin. Ternyata dia khawatir kalau hujan gak berhenti maka tenda kami akan kebanjiran dan itu merepotkan. Gue tidak setuju dengan keputusan kalau harus turun gunung sore itu karna akan sangat berbahaya. Akhirnya kami keluar tenda sambil menenangkan diri di warung.

Setelah kondisi tenang, kami putuskan untuk tidak turun gunung karna berbahaya tapi kami memindahkan tenda ke area yang tidak tergenang air depan sebuah warung. Jadi pelajaran yang kami dapat dari kejadian ini untuk tidak buru-buru mengambil keputusan dalam keadaan panik, tapi tenangkan diri dulu baru berpikir dan ambil keputusan.

Tenda pun kami pindahkan ke tempat aman yang tidak tergenang air, hujan mulai reda dan udara semakin dingin. Malam itu acara masak masak ditiadakan dan untuk makan malam cukup mampir diwarung. Sebelum tidur kami mengumpulkan logistik dan peralatan masak yang berbau kedalam kantong plastik dan kami titip di warung supaya malam itu tenda kami tidak diganggu sama babi hutan.

Hutan Mati Yang Tidak Pernah Mati

Seperti biasa gue selalu susah tidur di tempat baru apalagi dengan udara yang sangat dingin. Maka ketika orang orang masih pada tidur kami sudah bangun. Dan ketika meregangkan kaki tiba tiba kaki gue kram dan itu sangat menyakitkan sampai membuat teman gue khawatir hehe. Setelah sakitnya hilang kami bersiap Pendakian Gunung Papandayan menuju ke hutan mati yang letaknya tidak terlalu jauh dari camp area pondol Salada. Hutan mati ini berada tidak jauh dari kawah gunung Papandayan yang terbentuk dari letusan gunung beberapa tahun yang lalu yang mengakibatkan hutan yang berada disekitar kawah jadi terbakar dan meninggalkan batang pohon kering atau mati makanya disebut dengan hutan mati.

Baca juga: Batik Pulau Dewata Bali dan Ciri Khasnya

Suasana di hutan mati akan sedikit horor bila dalam keadaan sepi. Dan kabut tebal tiba tiba datang hehe, jarak dari pondok saladah ke hutan mati sangat dekat sekitar 5 menit perjalanan. Menikmati pagi di hutan mati sangat luar biasa apalagi pagi itu tidak banyak pendaki yang berada di tempat itu. Tapi sayang nya sunrise tidak terlihat karna kabut yang menghalangi. Walau disebut dengan hutan mati. Tapi hutan ini tidak pernah mati karna selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menikmati suasana yang syahdu.

Dan pagi itu dapat kabar kalau rombongan teman baru kami tadi malam diserang sama babi hutan. Ternyata malam itu peralatan masak mereka yang masih berbau tidak dicuci dan diamankan. Bau itu mengundang si babi hutan yang salah satu nya dikenal dengan nama si Omen masuk ke tenda dengan merobek dan mengacak ngacak tenda. Bersyukur malam itu kami aman karna sudah menyingkirkan semua logistik ke tempat yang aman. Bahkan ada beberapa pendaki yang menggantung logistik dan peralatan masak nya diatas pohon. Supaya tidak dijangkau sama si Omen dan teman teman nya.

Jalur Turun Melewati Kawah Papandayan

Setelah sarapan dan packing tepat jam 9 pagi kami mulai turun gunung. Jika jalur naik melewati Camp Goberhood, maka untuk jalur turun melewati hutan mati kemudian turun menyusuri kawah. Dari hutan mati kearah kawah jalurnya tangga berbatu yang gak enak di kaki. Udara sangat terik siang itu ditambah pula dengan bau belerang yang menyengat. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menikmati keindahan gunung Papandayan dengan berfoto.

Akhirnya keinginan gue selama ini naik ke gunung Papandayan terwujud juga. Terima kasih buat sahabat gue yang telah menemani gue ke tempat ini. Buat yang ingin mendaki dan camping ke gunung Papandayan, semoga tidak bertemu dengan si “Omen” dan teman teman nya ya.

Baca juga: Camping Ceria di datar Kolle