Rest Area Payung Kota Batu: Dulu dan Sekarang

Kawasan Rest Area Payung Kota Batu, pernah menjadi destinasi wisata yang legendaris. Di masa lalu, Payung adalah nama yang tak asing lagi bagi wisatawan, baik yang berasal dari Malang Raya maupun dari luar kota. Namun, sayangnya, saat ini kejayaan Payung lambat laun telah meredup, dan tersaingi oleh destinasi wisata baru yang bermunculan di Kota Batu.

Rest Area Payung Kota Batu

Lokasi Rest Area Payung Kota Batu

Kawasan Rest Area Payung, terletak di Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur. Tepatnya di Jalan Trunojoyo dan Jl. Brigadir Jenderal Moh. Manan, berikut lokasi maps nya:

Asal Usul Nama “Payung”

Apakah Anda pernah bertanya-tanya tentang asal usul nama “Payung” yang melekat pada kawasan ini di Kota Batu, Jawa Timur? Nama ini memang unik, dan ternyata memiliki kisah menarik untuk diungkap.

Nama “Payung” yang digunakan untuk kawasan wisata ini ternyata berasal dari tenda-tenda berbentuk payung yang digunakan oleh pedagang di sana pada masa lalu. Tenda-tenda ini digunakan untuk menjual berbagai macam produk makanan dan minuman kepada pengunjung yang datang ke kawasan ini.

Tenda-tenda ini memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan, sehingga sangat berguna bagi pedagang dan pengunjung. Bentuk payung yang unik dari tenda-tenda ini menjadi ciri khas yang membuat kawasan ini dikenal sebagai “Payung.”

Yang menarik adalah bahwa nama “Payung” ternyata melekat kuat dan bertahan hingga saat ini. Meskipun kawasan ini telah mengalami berbagai perkembangan dan transformasi sepanjang waktu, nama yang terinspirasi dari tenda-tenda berbentuk payung ini tidak pernah pudar.

Artikel menarik lain > Rest Area Jalibar Kota Batu

Jalur Keluar Masuk Jalur Malang – Batu

Jika kamu pergi ke Café sawah pujon, Wisata Santera delaponte dan Gunung Banyak dari Malang, maka kamu pasti akan melintasi kawasan Rest Area Payung Batu. Di sini, kamu akan menemukan sejumlah warung sederhana di pingir-pinggir jalan yang menyajikan berbagai hidangan lezat, mulai dari jagung bakar, sate kelinci, hingga mie instan yang menggugah selera. Setelah melewati rest area ini kamu akan melewati Gerbang perbatasan Antara Kota Batu dan Kabupaten Malang.

Selain itu daerah ini juga akses masuk ke Malang dan Kota Batu yang berasal dari Kota Kediri dan Jombang, dimana kondisi jalanya melewati pegunungan dan jalan yang berliku-liku. Maka dari itu kewasan ini sangat ramai dan lebih padat jalurnya ketika mencapai long weekend.

Kenangan Manis di Masa Lalu

Beberapa tahun lalu sebelum tahun 2015, Payung selalu ramai oleh wisatawan, termasuk remaja yang mencari tempat untuk bersantai. Suasana pegunungan yang indah dan udara segar membuat Payung menjadi tempat yang sempurna untuk beristirahat setelah perjalanan panjang.

Merosotnya Popularitas dan Alasannya

Namun, sesudah tahun 2015, Payung mulai kehilangan daya tariknya. Perubahan ini terjadi bersamaan dengan munculnya destinasi wisata baru di Kota Batu, yang didukung oleh upaya promosi dari Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko. Destinasi seperti Jatim Park, Batu Flower Garden, Batu Secret Zoo, dan berbagai desa wisata lainnya tiba-tiba menjamur, mengalihkan perhatian wisatawan dari Payung.

Bahkan menurut pengalaman mimin pribadi yang pernah datang kesini saat masih bersekolah dan kuliah di Malang. Lokasi ini dahulu sangat ramai, tapi dibalik ramainya itu, terkadang pedagang mematok harga makanan dan minuman yang tidak ramah bagi kantong mahasiswa dan pelajar. Jadi sudah menjadi rahasia umum jika dulu klo kesini pasti mikir 3x karena harganya hampir 2 atau 3x harga wajar warung-warung di Malang.

Dari Keramaian ke Keheningan

Saat ini, Payung menjadi salah satu destinasi yang terpinggirkan. Dulu, jalan-jalan di sekitar Payung selalu dipenuhi kendaraan yang parkir, tetapi sekarang, pemandangan itu sudah jauh berkurang. Hanya beberapa sepeda motor yang terlihat parkir di sana.

Dulu banyak pengunjung yang singgah dan datang sampai tidak bisa cari parkiran. Banyak yang kehabisan tempat. Berbeda dengan kondisi sekarang, sekarang sudah jauh berkurang dan cenderung lebih sepi.

Artikel menarik lain > Pendakian Gunung Panderman Batu

Dampak Pandemi

Situasi semakin buruk ketika pandemi melanda. Selama dua tahun pandemi, sebagian besar pedagang harus menutup usahanya karena minimnya pengunjung. Bahkan setelah situasi membaik, Rest area Payung masih sepi. Pemandangan yang sebelumnya dipenuhi oleh wisatawan dan pengunjung setiap hari menjadi sunyi. Pemilik warung dan toko-toko di kawasan ini harus menghadapi ketidakpastian ekonomi yang besar.

Situasi semakin buruk ketika pembatasan perjalanan dan penutupan bisnis dilakukan untuk memerangi penyebaran virus. Pengunjung yang biasanya datang dari berbagai daerah menjadi sangat jarang. Pemilik usaha di Payung harus berjuang keras untuk bertahan di tengah ketidakpastian tersebut.

Hidup di Tengah Keheningan

Saat ini, para pedagang hanya berharap untuk mendapatkan beberapa pelanggan saja, dan itu dianggap sebagai hal yang positif. Meski Payung tidak lagi menjadi destinasi utama, pedagang-pedagang di sana tetap bertahan demi mencari nafkah. Namun, dengan tampilan sederhana yang dimilikinya, mereka sulit bersaing dengan kafe-kafe modern yang lebih disukai oleh generasi muda.

Dan sangat disayangkan, Payung belum mendapatkan perhatian atau solusi yang signifikan dari pemerintah setempat untuk menghidupkannya kembali. Masyarakat dan para pedagang berharap agar Payung bisa kembali menjadi destinasi wisata yang gemerlap seperti dulu di masa yang akan datang.

Membangkitkan Kembali Kejayaan di Era Digital

Wisata kuliner Payung adalah sebuah destinasi yang dahulu sangat populer pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an di Kota Batu, Jawa Timur. Namun, pesonanya meredup seiring berjalannya waktu. berikut faktor-faktor yang memengaruhi penurunan popularitasnya dan memberikan solusi mengenai bagaimana memulihkan citra Payung di era digital.

Faktor Penurunan Popularitas

Pesona kuliner Payung yang pernah memikat banyak pengunjung telah redup seiring berjalannya waktu. Beberapa faktor yang memengaruhi penurunan popularitasnya meliputi:

1. Kurangnya Inovasi dan Perubahan: Warung-warung di Payung terlihat tidak berubah sejak dulu, baik dari segi penampilan maupun menu.

2. Masalah Harga: Beberapa pengunjung merasa harga di Payung cukup tinggi dan merasa digepuk oleh penjual.

3. Tidak Memanfaatkan Media Sosial: Warung-warung di Payung belum aktif memanfaatkan media sosial untuk promosi.

Strategi Meningkatkan Popularitas Rest Area Payung

Untuk menghadapi era digital dan memulihkan popularitasnya, pemilik warung di Payung dapat mengambil langkah-langkah berikut:

1. Inovasi dan Perubahan: Lakukan perubahan dalam penampilan dan menu warung secara berkala untuk menarik pengunjung baru dan mempertahankan pelanggan lama.

2. Aktif di Media Sosial: Manfaatkan platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan TikTok untuk promosi aktif. Bagikan foto menu lezat, ulasan pelanggan, dan cerita unik dari warung Anda.

3. Harga yang Jelas: Pastikan harga-harga ditampilkan secara transparan untuk menghindari kekecewaan pelanggan. Hindari praktik harga yang tidak wajar.

4. Ciptakan Nilai Tambah: Tawarkan menu unik atau pengalaman pelanggan yang luar biasa, seperti pemandangan alam yang indah, hawa yang sejuk, lahan parkir yang luas, dan pelayanan yang ramah.

5. Berpartisipasi dalam Komunitas Bisnis: Bergabunglah dengan komunitas bisnis lokal untuk mendapatkan wawasan dan dukungan dari sesama pebisnis.

6. Pantang Menyerah dan Terus Belajar: Selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan warung Anda. Belajar dari pesaing dan pelanggan.

7. Promo: Berikan promo dan harga khusus kepada pelanggan yang mau mengeshare makanan yang telah dipesan ke media sosial seperti Instagram. Hal ini akan menambah dan menggaet calon pelanggan baru lewat medsos.

Artikel menarik lain > Coban Glotak Dimana Berikut Penjelasannya

Fenomena Unik di Rest Area Payung Batu

Di kawasan wisata Payung, Kota Batu, Jawa Timur, pengendara yang melintas mungkin akan dikejutkan oleh keberadaan kawanan monyet ekor panjang yang turun ke jalan. Peristiwa ini biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. Diduga, puluhan monyet ini mencari makanan dan berkumpul di tepi tebing, tanpa menunjukkan rasa takut meskipun kendaraan roda empat maupun roda dua melintas di sekitar mereka. Terkadang, pengendara bahkan berhenti sejenak untuk mengabadikan momen ini dengan mengambil foto keberadaan monyet-monyet tersebut.

Menariknya, fenomena ini sudah biasa terjadi, hal ini menciptakan suasana unik di kawasan wisata Payung. Yang lebih mengejutkan, belum ada laporan mengenai pengendara yang merasa terganggu atau resah akibat kehadiran monyet ekor panjang tersebut.

Selain itu diperlintasan yang berada di tengah Jalur Payung ini sering dijadikan obyek wisata dadakan dan istirahat dadakan oleh pengguna jalan. Karena ada penjual bakso, cilok dan jagung rebus yang mangkal disini. Sebuah pengalaman unik yang dapat ditemui di Rest Area Payung Batu. Cerita ini menjadi salah satu kenangan menarik bagi pengendara dan pengunjung yang berkunjung ke kawasan ini.

Lokasi ini berada di jembatan yang berada di jalan utama, dan berikut lokasi mapsnya:

Catatan buat pengunjung

Agar berhati-hati ketika mengunjungi Rest Area Payung Kota Batu ketika musim penghujan tiba. Dikarenakan saat musim hujan tiba, dilokasi ini yang memiliki medan jalan berkelok-kelok dan terdapat bukit-bukit atau tebing-tebing dipinggir jalan yang sangat curam sehingga kawasan ini sangat rawan longsor. Sebelum anda memasuki dareah ini, dari kota batu sudah diberi tanda peringatan bahwa daerah ini rawan longsor.

Kesimpulan

Menghadapi era digital, wisata kuliner Payung perlu melakukan perubahan dan inovasi untuk kembali menghadirkan pesonanya. Memanfaatkan media sosial, menjaga harga yang jelas, dan memberikan nilai tambah kepada pelanggan adalah langkah-langkah penting dalam memulihkan popularitas Payung. Dengan upaya yang tepat, Payung dapat kembali menjadi destinasi kuliner yang dicari oleh para pengunjung seperti dulu kala. Semoga bermanfaat.

Sumber:
Pengalaman pribadi mimin
radarmalang.jawapos.com
travel.kompas.com
tugumalang.id

Artikel menarik lain > Gunung Putri Tidur di Malang dimana