Pendakian Gunung Lawu 3.265 mdpl, Jalur Berbatu Dari Awal Sampai Akhir #3

https://asset.kompas.com/crops/rliUO6g86RXSmYAjQluWPCKdRxU=/0x0:0x0/750x500/data/photo/2020/07/29/5f2139d166bc9.jpg

Setelah menikmati nasi pecelnya, penasaran pengen melihat sang pemilik warung ini tapi mungkin karna lagi sibuk atau terhalang banyak orang maka sosok mbok Yem pun tidak terlihat, its oke setidaknya sudah pernah menginjakkan kaki di warung mbok Yem dan makan nasi pecelnya.

Hal yang harus diperhatikan di gunung Lawu:

  • Malam 1 Suro : Tahun baru hijriyah atau malam 1 suro, gunung Lawu akan ramai dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari berbagai daerah yang jumlahnya bisa mencapai ratusan orang atau lebih. Peziarah akan berdoa menurut kepercayaannya masing masing yang ditandai dengan membakar dupa dan menabur kembang. Jadi perhatikan rencana untuk mendaki pada tanggal tangal tersebut.
  • Petilasan : Gunung Lawu memiliki beberapa petilasan dari Prabu Brawijaya yang sampai sekarang masih dikeramatkan oleh warga. Dan gunung ini mempunyai hubungan erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta yang sering mengadakan ziarah dan ritual ke gunung ini. Sebagai pendatang kita harus menghargai dan tidak merusak tempat yang dianggap sakral buat sebagian orang.
  • Sumber air keramat : Walaupun di ketinggian, gunung Lawu memiliki dua sumber mata air yaitu Jolotundo di pos 4 dan Sendang Dradjat di pos 5. kedua sumber air ini memiliki fungsi yang sangat penting buat para peziarah dengan tujuan yang beragam. Selalu menjaga kebersihan dan jangan mengotori sumber air tersebut ya.
  • Jaga sikap dan ucapan : Dimanapun kita berada harus selalu menjaga sikap. Ucapan dan tingkah laku termasuk di gunung sekalipun karna disini kita cuma pendatang yang ingin menikmati ketinggian. Karna percaya atau tidak beberapa orang yang mengalami hal aneh digunung. Biasanya disebabkan karna orang tersebut sembarangan dalam bertingkah dan berbicara.
  • Burung penunjuk jalan: Saat naik dan turun gunung Lawu para pendaki biasanya akan ditemani oleh burung yang disebut burung jalak hitam. Konon katanya burung ini menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki agar tidak tersesat. Burung-burung ini terbang dan mendekat dengan pendaki tetapi ketika didekati mereka akan terbang menjauh. Dan tidak lama mendekat lagi seakan ingin bermain. Tapi ingat jangan mengganggu burung ini apalagi sampai menyakiti.

Estimasi pendakian gunung Lawu via Cemoro Sewu:

Basecamp – Pos 1 : 1 Jam

Pos 1 – 2 : 2 Jam

Pos 2 – 3 : 1,5 Jam

Pos 3 – 4 : 1,5 Jam

Pos 4 – 5 : 30 Menit

Dan sampai hargo dumilah setengah jam. Sekali lagi ini cuma estimasi atau perkiraan waktu mendaki gunung Lawu. Dan waktu tempuh ini bisa berbeda (bisa lebih cepat atau lebih lama) tergantung situasi kondisi dan kemampuan para pendaki.

Menikmati soto panas ditemani udara dingin di basecamp sore itu adalah hal yang luar biasa. Ini adalah salah satu soto ter-enak yang pernah gue makan soalnya lagi laper lapernya hehe. Disekitar basecamp tepatnya diperumahan warga banyak kami jumpai kamar mandi umum yang airnya benar benar dingin. Ingin rasanya melewatkan acara mandi ini. Tapi karna HIDUP sudah terlalu kotor terpaksa gue harus “ice bucket challenge” dikamar mandi hehe.

Tidak pernah menyangka akhirnya gue bisa melakukan pendakian ke gunung yang menurut gue menyeramkan ini. Tapi selama kita berpikiran positif, berperilaku positif dan berserah pada Yang Kuasa maka pendakian kita akan diberi kelancaran. Segala apa yang menjadi kekhawatiran selama ini tidak pernah terjadi. Dari awal pendakian sampai turun kembali ke basecamp sama sekali tidak mengalami hal yang aneh atau berbau horor. Terima kasih Lawu atas keramahannya.

Halaman 1 2 3 (Habis)