Siang itu setelah perjalanan dari Pantai Pandawa, aku dan keluarga langsung bergegas menuju Garuda Wisnu Kencana atau GWK untuk menyaksikan Tari Legenda Garuda Wisnu Kencana. Tempat ini merupakan Destinasi wajib bagi wisatawan yang berlibur di Bali. Karena tempat ini sudah menjadi ikon Bali semenjak Patung GWK diresmikan oleh Presiden Jokowi. Perjalananku di GWK ini terbilang cukup singkat, karena dikejar waktu untuk menyaksikan Tari Kecak di Uluwatu, sehingga kurang lebih aku di sini hanya memiliki waktu 3 jam-an.
| Anda bisa membaca: Ketika Liburan di Bali: Pandawa Beach Festival
Sehingga saat di Area Garuda Wisnu Kencana sebagian besar waktunya hanya untuk melihat pertunjukan Tarian Kolosal Legenda Garuda Wisnu Kencana. Hal ini bisa dilihat di video singkat dibawah ini, karena waktu yang mepet sehingga saat mengambil gambar benar-benar sangat singkat dan terbatas, hal ini dekarenakan jam 15.00 harus sudah berada di Pura Uluwatu.
Lokasi Garuda Wisnu Kencana
Location : Near Ngurah Rai International Airport
Nearest town : Ungasan, Badung, Indonesia
Coordinates : 8.81°S 115.168°ECoordinates: 8.81°S 115.168°E
Area : 60 hectares
Elevation : 263 metres (863 ft)
Adm by : Alam Sutera Group
Open : 8:00am – 10:00 pm
Website : https://www.gwkbali.com/
Legenda Singkat Garuda Wisnu Kencana
Tarian yang menceritakan Legenda Garuda Wisnu Kencana
Awal mula cerita
Diceritakan dari kepercayaan masyarakat bali bahwa disebuah Negeri di Pulau Bali hiduplah seorang Resi Kasyapa yang arif dan bijaksana. Beliau memiliki dua istri bernama Kadru dan Winata. Resi kasyapa sangat adil kepada kedua istrinya, namun salah satunya yakni Kadru selalu menyimpan rasa iri pada Winata.
Kedua istri dikaruniai anak, Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru tetap memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata dan selalu memiliki niat jahat agar Winata dapat keluar dari keluarga Resi Kasyapa.
| Anda bisa membaca: Ular Suci Pura Luhur Tanah Lot: Titisan selendang Dang Hyang Nirartha
Perselisihan Istri Resi Kasyapa
Suatu hari Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha (air) yang konon dapat memberikan kehidupan abadi kepada siapapun yang meminumnya walaupun hanya setetes. Bersamaan dengan itu, muncullah kuda terbang Ucaihswara. Oleh karena Kadru selalu menaruh dengki terhadapa Winata.
Kadru kemudian menantang Winata untuk menebak warna Kuda Ucaihswara yang belum terlihat oleh mereka. Winata kemudian menyanggupi tantangan Kadru dengan perjanjian, jika yang kalah harus bersedia menjadi budak dan selalu mentaati seluruh perintah pemenang. Kemudian Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih.
Kelicikan yang berimbas pertarungan
Sebelum kuda tersebut muncul, diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya para Naga bahwa kuda itu berwarna putih. Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk menyembur dengan racun sehingga tubuh kuda itu terlihat berwarna kehitaman. Dan benar saja kuda yang dulunya berwarna putih menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata.
Karena Winata merasa kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya. Garuda wisnu kencana mengetahui kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Sebagai anak yang berbakti kepada ibundanya Garuda merasa sangat marah atas kelicikan para Naga yang telah membuat kebohongan besar atas diri Winata. Dengan kemarahan yang meluap, diseranglah para Naga.
Terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat di atas langit antara Garuda dan para Naga. Dikarenakan kekuatan dan kesaktian diantara kedua kubu sama dan seimbang, maka perang itupun berlangsung sepanjang hari sebagai simbol keabadian pertempuran antara nilai kebaikan dan kejahatan.
Karena pertempuran berlangsung sekian lama panjang, para Naga bersedia memberikan pengampunan atas perbudakan terhadap Winata asalkan Garuda mampu memberikan tirta suci amertha sari yang dapat memberikan keabadian hidup mereka dan ibunya. Akhirnya sang Garuda menyanggupi apapun yang harus ia lakukan asalkan dapat membebaskan ibundanya.
| Anda bisa membaca: Pura Ulun Danau Beratan: Ada Masjid Al Hidayah
Garuda seorang anak yang berbakti kepada Ibu
Sang Garuda bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Maka mulailah Sang Garuda memcari mata air keabadian tersebut. Pada perjalanannya, Garuda kesulitan untuk mendapatkan mata air tersebut, namun berkat bantuan Batara Wisnu akhirnya Sang Garuda berhasil mendapatkannya.
Sebagai imbalan Garuda menjadi burung tunggangan Batara Wisnu, yang kemudian dikenal sebagai Garuda Wisnu Kencana. Di cerita lain menerangkan juga ketika Garuda di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu, Dewa Wisnu menyerahkannya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang kemudian dikenal dengan nama Garuda Wisnu Kencana.
Ibu Winata dibebaskan dari jeratan perbudakan.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminum tirtha itu terlebih dahulu diambil Dewa Indra yang kebetulan lewat. Namun tetesan tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya.
Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian disetiap keturunan naga memiliki lidah yang terbelah. Dan akhirnya Ibu Winata dibebaskan dari perbudakan oleh Kadru dan hidup bahagia dengan anaknya Sang Garuda.
Kesimpulan dari Tarian
Kegigihan dalam Tarian Legenda Garuda membebaskan ibunda tercintanya dari belenggu perbudakan yang tidak mengenal rasa peri kemanusiaan inilah yang kemudian oleh para Bapak Pendiri Bangsa kita diadopsi secara filosofis dan disimbolisasikan dalam lambang Negara kita.
Garuda bermakna sebagai simbol pembebasan ibu pertiwi dari belenggu perbudakan dan penjajahan. Dengan lambang Garuda yang gagah perkasa, para pendahulu Negri berharap Indonesia akan menjadi bangsa besar yang bebas dalam menentukan nasib dan masa depannya sendiri.
Patung GWK
Garuda tersebut melambangkan kegigihan masyarakat pribumi (masyarakat indonesia) dalam memperjuangkan tanah Ibu pertiwi agar lolos dari perbudakan para penjajah. Unsur kesejarahan Garuda Wisnu Kencana ini mengilhami dibangunnya patung raksasa Garuda Wisnu Kencana di ujung selatan Pulau Dewata Bali.
Dengan ketinggian patung sekitar 120 meter, patung tersebut menjadi patung landmark tertinggi di dunia. Garuda Wisnu Kencana merupakan ikon dan landmark Pulau Bali, bahkan sudah tentu landmark bagi Indonesia.
Patung GWK di Bali menjadi simbol perdamaian, harmoni, dan keindahan seni budaya Indonesia. Dengan tingginya dan kekuatannya yang mengagumkan, GWK menjadi lambang dari semangat manusia untuk mengatasi rintangan dan mencapai kesempurnaan dalam hidup.
Dalam keseluruhan, Legenda Garuda Wisnu Kencana tidak hanya menggambarkan kisah epik dalam mitologi Hindu, tetapi juga mengilhami nilai-nilai positif dan menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia. Patung GWK yang megah dan makna dalam cerita ini menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan yang datang ke Bali untuk mengeksplorasi kekayaan budaya dan spiritual pulau tersebut.
| Anda juga bisa membaca: Batik Pulau Dewata – Bali dan Ciri Khasnya
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.