Gunung Budheg Tulungagung, Pesona Alam dan Legenda Rakyat

Gunung Budheg, terletak di Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, adalah sebuah tempat pariwisata alam yang mempesona. Keelokan alamnya yang mempesona menjadikan Gunung Budheg sebagai destinasi yang sayang untuk Anda lewatkan saat berkunjung ke Tulungagung.

Pilihan terbaik untuk mengisi waktu liburan Anda, terutama selama liburan panjang seperti hari libur nasional, adalah berkunjung ke Gunung Budheg. Pesona alam yang memukau menjadi magnet utama yang menarik perhatian para wisatawan, baik yang datang dari dekat maupun yang datang dari jauh.

Selain keindahan alamnya, destinasi Gunung Budheg juga terkenal dengan keramahan penduduk lokal di Boyolangu. Masyarakat setempat dengan tulus menyambut kedatangan para wisatawan dengan penuh keramahan. Saat mengunjungi Gunung Budheg, Anda akan merasa seperti berada di rumah sendiri, sebuah pengalaman menarik.

Artikel menarik lain > Kesambi Trees Park Blitar

Lokasi Gunung Budheg

Gunung Budheg terletak sekitar 9 kilometer di sebelah selatan pusat Kota Tulungagung. Secara persisnya, gunung ini berada di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Dengan posisinya yang cukup dekat dengan pusat kota, akses menuju lokasi ini menjadi lebih mudah bagi para pengunjung.

Harga Tikat Masuk

Jangan terlalu cemas mengenai biaya masuk karena tiket masuk ke Gunung Budheg sangat terjangkau, hanya seharga Rp. 5.000,- untuk kategori tempat wisata alam. Harga tersebut juga sudah mencakup biaya retribusi kebersihan. Namun, sangat penting untuk selalu menjaga kebersihan di tempat ini. Mohon hindari membuang sampah sembarangan!

Gunung Kecil tapi Menantang

Gunung Budheg memiliki ketinggian yang tidak terlalu tinggi. Menurut data dari Google Maps, ketinggian Gunung Budheg di atas 400an meter di atas permukaan laut (Mdpl). Namun, menurut informasi dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung, gunung ini memiliki ketinggian sekitar 585 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Meskipun ketinggian ini mungkin terlihat rendah, tetapi perjalanan menuju puncak Gunung Budheg dapat menguji adrenalin Anda.

Gunung Budheg, yang juga dikenal dengan sebutan Gunung Cikrak, merupakan destinasi yang bagus bagi pendaki pemula yang ingin merasakan tantangan sebelum mencoba gunung yang lebih tinggi. Meskipun mendaki ke puncak Gunung Budheg mungkin memerlukan sedikit usaha, pemandangan indah yang menanti di puncaknya sangat dinantikan.

Artikel menarik lain > Wisata Goa di Jatim, Goa Gong Pacitan

Tempat Ideal untuk Pendaki Pemula

Gunung Budheg adalah destinasi yang sangat cocok bagi para pendaki pemula yang ingin merasakan pengalaman awal sebelum mencoba tantangan di gunung yang lebih tinggi. Walaupun pendakian ke puncak Gunung Budheg memerlukan sedikit usaha, keindahan pemandangan yang menanti di puncaknya merupakan daya tarik yang sangat dinantikan.

Pendakian ke Gunung Budheg juga dikenal tidak terlalu melelahkan bagi para wisatawan. Destinasi wisata terbaik di Tulungagung ini dapat dicapai puncaknya hanya dalam waktu sekitar dua jam dari titik awal pendakian. Sebelum memulai pendakian, para wisatawan hanya perlu melepaskan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) mereka untuk dicatat di pos demi menjaga keamanan. Selain itu, pendaki diwajibkan mengisi buku tamu dan juga membayar biaya untuk menjaga kebersihan sekitar.

Spot Sunrise dan Sunset

Gunung Budheg tidak hanya menawarkan pengalaman mendaki guna menikmati matahari terbit, tetapi juga matahari terbenam, karena gunung ini memiliki dua puncak, yaitu Puncak Timur dan Puncak Barat. Bagi yang ingin menikmati pemandangan matahari terbenam, perjalanan bisa dimulai menuju Puncak Barat sekitar pukul 03.00 WIB. Dari puncak Gunung Budheg, para pengunjung dapat menyaksikan pesona Tulungagung yang disinari oleh cahaya matahari terbit.

Bagi mereka yang tidak tertarik untuk mendaki gunung, tak perlu khawatir. Anda masih dapat menikmati pemandangan indah dan berfoto di sekitar kaki Gunung Budheg. Tidak perlu menjalani perjalanan yang terlalu menantang, karena tersedia tempat-tempat yang cocok untuk berfoto tanpa perlu merasa lelah.

Keindahan Puncak Gunung Budheg

Gunung Budheg menawarkan pemandangan alam yang sungguh memukau, terutama dari puncaknya, terutama saat matahari terbit atau terbenam. Pemandangan dari puncak pada pagi hari menjelang matahari terbit bisa membuat Anda merasa seperti berada di negeri di atas awan. Selain itu, ada peluang untuk bertemu dengan kelompok monyet yang menggemaskan.

Namun, pemandangan Gunung Budheg tidak hanya terbatas pada waktu pagi hari saat matahari terbit. Dari ketinggian ini, Anda juga dapat menikmati keindahan Kota Tulungagung di malam hari. Dan jika beruntung, Anda dapat menyaksikan matahari terbit dan terbenam yang menakjubkan. Bahkan, dalam cuaca cerah, Anda akan dapat menikmati pemandangan luas dari area persawahan yang indah.

Keindahan Gunung Budheg tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan destinasi lain seperti Gunung Ijen, Gunung Wilis, atau Gunung Kelud. Gunung Budheg memiliki pemandangan eksotis yang berubah-ubah tergantung pada musim. Ketika musim hujan tiba, bukit ini akan berubah hijau, sementara saat musim kemarau, Gunung Budheg dapat tampak gersang dan kering.

Keindahan Gunung Budheg masih tetap mempesona dan asri. Ketika Anda mendaki menuju puncak gunung, Anda akan disuguhi dengan berbagai jenis fauna yang menghiasi perjalanan Anda, seperti elang jawa, ayam hutan, kera, dan bahkan burung hantu. Tidak hanya itu, Anda juga akan disuguhi dengan berbagai jenis pepohonan, termasuk pohon jati dan cendana yang bervariasi.

Menurut narasi dari anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Desa Tanggung, yang bertindak sebagai pengelola sementara Gunung Budheg, Gunung Budheg, juga dikenal sebagai Gunung Cikrak karena bentuknya yang menyerupai cikrak alat pembuang sampah, menyimpan beragam legenda yang terkait dengan sejarah Tulungagung.

Artikel menarik lain > Wisata Goa di Jatim, Goa Maharani Lamongan

Legenda Rakyat Gunung Budheg Tulungagung

Di balik keeksotisan wisata Gunung Budheg Tulungagung, tersimpan sebuah cerita rakyat yang konon menjadi asal-usul terciptanya bukit ini. Konon, terdapat Adipati Bedalem yang memiliki putri cantik bernama Rara Ringgit atau Roro Kembang Sore.

Pada masa itu, utusan dari Kerajaan Majapahit, Pangeran Lembu Peteng, yang berpihak pada Adipati Bedalem, terlibat dalam perang melawan Kyai Besari, mereka bersaing untuk memperebutkan Roro Kembang Sore. Sang putri yang ketakutan lari ke Desa Dadapan dan meminta perlindungan dari seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan.

Ternyata, Mbok Rondo memiliki seorang anak laki-laki bernama Joko Bodo, yang kemudian terpesona oleh kecantikan Roro Kembang Sore. Meskipun cinta Joko Bodo selalu ditolak dengan lembut, ia tetap bertekad untuk menjadikan Roro Kembang Sore sebagai istrinya.

Akhirnya, Roro Kembang Sore bersedia menikahi Joko Bodo dengan syarat bahwa Joko Bodo harus menjalani masa tapa dengan berdiam diri di sebuah bukit yang menghadap ke laut selatan selama 40 hari 40 malam. Ia harus duduk di atas batu dan mengenakan cikrak di kepalanya. Sayangnya, perjanjian ini tidak disaksikan oleh Mbok Rondo.

Ketika Mbok Rondo kembali ke rumah, ia terkejut karena tidak ada orang di sana. Ia mencari-cari hingga akhirnya menemukan Joko Bodo yang sedang duduk bersila.

Mbok Rondo memanggil Joko Bodo, tetapi tidak ada jawaban. Mbok Rondo merasa marah karena Joko Bodo telah berubah menjadi Joko Budheg, dan tanpa sengaja mengutuknya, menjadikan Joko Bodo berubah menjadi batu.

“Bocah diceluk kok meneng wae kaya watu,” adalah kata-kata yang diucapkan oleh Mbok Rondo yang menjadi kutukan. Saat itu juga, Joko Bodo berubah menjadi batu.

Mbok Rondo, setelah menyadari kesalahannya, memberi nama batu yang kini menjadi Gunung Budheg. Sekarang, Gunung Budheg telah menjadi salah satu destinasi wisata eksotis yang terletak di Kabupaten Tulungagung.

Festival Gunung Budheg

Festival Gunung Budheg diselenggarakan sekali dalam setahun oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung. Berbagai upacara tradisional menghiasi festival ini, termasuk prosesi Ruwatan Nagari dan Kirab Budaya.

Kirab Budaya melibatkan partisipasi warga setempat yang melakukan sedekah bumi, salah satunya adalah sedekah rojokoyo, yang mereka laksanakan dengan berjalan kaki melintasi lereng Gunung Budheg menuju Balai Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat.

Selama festival, beragam pertunjukan seni budaya juga dipentaskan, menambah keragaman acara. Adapun pelaksanaan festival biasanya jatuh pada bulan tertentu, seperti Ruwah atau Sura.

Gunung Budheg Pernah diliput Media Nasional

Gunung Budheg, yang kini telah meraih ketenaran yang melampaui wilayah lokal di Tulungagung, telah menjadi destinasi yang terkenal di seluruh Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan beberapa acara televisi terkemuka yang pernah mengambil gambar di Gunung Budheg, seperti My Trip My Adventure dan Para Petualang Cantik yang ditayangkan di Trans 7 dalam beberapa waktu yang lalu.

Daya tarik Gunung Budheg juga telah menarik perhatian para wisatawan asing, dengan sejumlah turis dari luar negeri datang untuk menikmati keindahan alamnya. Gunung Budheg tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga memiliki sejarah yang kaya yang menarik bagi para pecinta sejarah yang ingin menjelajahi dan memahami warisan budaya.

Sehingga, Gunung Budheg Tulungagung bukan lagi sekadar destinasi lokal, melainkan telah meraih pengakuan luas sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik di Indonesia.

Artikel menarik lain > Gunung Banyak Kota Batu

4 thoughts on “Gunung Budheg Tulungagung, Pesona Alam dan Legenda Rakyat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *