Reyog Ponorogo adalah bentuk seni tari tradisional yang berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian ini telah meraih banyak penggemar karena memiliki ciri khas yang unik dibandingkan dengan seni tradisional lainnya.
Selain itu, Reyog Ponorogo juga mempunyai nilai-nilai dalam tradisi kehidupan masyarakat Jawa. Akan tetapi, pengetahuan mengenai sejarah dan makna dari berbagai simbol yang terkandung dalam Reyog Ponorogo masih belum dikenal secara luas di kalangan masyarakat.
Artikel menarik lain > Kisah Cinta dalam Cerita Reyog Ponorogo
Sekilas Reyog
Reyog merupakan sebuah bentuk seni tari tradisional yang sering dipentaskan di luar ruangan dan memiliki peran penting sebagai hiburan rakyat, serta membawa unsur magis dalam penampilannya. Dalam pertunjukannya, Reyog melibatkan serangkaian penari yang terdiri dari jathilan (penari yang menari menyerupai kuda lumping) dan tari topeng dhadak merak. Tari topeng dhadak merak ini adalah sebuah penampilan yang menghadirkan topeng-topeng raksasa yang terbuat dari bambu dan dihias dengan bulu merak. Topeng-topeng tersebut memiliki berat yang mencapai puluhan kilogram dan tinggi sekitar 2 meter, menciptakan suasana yang sangat memukau dalam pertunjukan Reyog.
Reyog saat ini
Reyog Ponorogo telah ada sejak tahun 1235 Masehi. Dan pada awalnya, pertunjukan Reyog hanya dipersembahkan di dalam lingkaran istana. Namun, seiring berjalannya waktu, kisah Reyog menyebar dan mendapatkan penerimaan yang luas dari masyarakat. Sejak saat itulah, seni tradisional Reyog Ponorogo mulai berkembang dan populer di kalangan masyarakat. (Soemarto, 2014:14).
Hingga saat ini, kesenian Reyog Ponorogo masih terus dapat ditemui dalam berbagai acara adat dan festival. Dari segi waktu dan model pertunjukannya, Reyog telah mengalami berbagai perubahan. Asal kata “Reyog” sendiri dapat ditelusuri hingga kata “riyet,” yang dapat diartikan sebagai kondisi bangunan yang hampir rubuh. Ini mengacu pada suara gamelan atau musik pengiring dalam pertunjukan Reyog yang menyerupai suara “bata rubuh,” yang mencerminkan semarak dan keramaian dalam pertunjukan tersebut. (Poerwowijoyo, 1985:9).
Ponorogo kota Reyog
Sebagai kota yang dikenal dengan citra “Kota Reyog,” Ponorogo memiliki beragam kelompok Reyog. Hampir setiap kecamatan di kota ini memiliki kelompok Reyog, bahkan setiap desa sering kali memiliki lebih dari satu kelompok Reyog, seperti yang ada di Kecamatan Sumoroto.
Masyarakat Ponorogo menganggap Kecamatan Sumoroto sebagai tempat berdirinya pusat Kerajaan Bantarangin, yang dianggap sebagai tempat asal-usul kesenian Reyog Ponorogo. Sebagian besar masyarakat Ponorogo merasa bahwa Kecamatan Sumoroto adalah tempat yang dianggap sakral, mengingat perannya dalam sejarah sebagai pusat Kerajaan Bantarangin yang menjadi cikal bakal dari kesenian Reyog Ponorogo.
Artikel menarik lain > Wisata Goa di Jatim
Cerita Reyog Ponorogo berbagai versi
Asal-usul Reyog Ponorogo memiliki latar belakang sejarah yang mengambil inspirasi dari cerita rakyat dengan berbagai versi yang berbeda. Di wilayah Ponorogo, terdapat setidaknya tiga versi utama yang dikenal dalam kisah asal-usul Reyog Ponorogo. Ketiga versi ini adalah versi Bantarangin, versi Ki Ageng Kutu Suryangalam, dan versi Batara Katong.
Reyog versi Bantarangin
Salah satu versi Cerita Reyog Ponorogo adalah versi Bantarangin, yang menampilkan aksi teatrikal dari Kisah Kerajaan Bantarangin. Dalam versi ini, diperankan kisah cinta antara Raja Kelono Sewandono dengan Putri Dewi Songgolangit. Kisah Kerajaan Bantarangin merupakan cerita rakyat yang menjadi dasar naskah pertunjukan Reyog Ponorogo, serta berperan sebagai alat edukasi dalam memahami asal-usul dan perkembangan kesenian Reyog Ponorogo yang telah menyebar ke seluruh dunia.
Kerajaan Bantarangin dipimpin oleh Raja Kelono Sewandono dan patihnya yang bernama Bujangganong. Pada suatu waktu, Patih Bujangganong melamar Dewi Songgolangit, putri dari Kerajaan Kediri. Untuk memenuhi permintaan Dewi Songgolangit, mereka menghadirkan seserahan khusus yang akhirnya menciptakan seni pertunjukan Reyog Ponorogo.
Menurut Sujud (2017:52). Asal nama Bantarangin berasal dari “banter angin,” yang merujuk pada suatu wilayah datar yang seringkali diterpa angin kencang. Kerajaan Bantarangin selalu digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang makmur, dengan seorang raja muda yang tampan dan rakyat yang sejahtera.
Video Reyog Ponorogo di Bantarangin
Artikel menarik lain > Gunung Budheg Tulungagung
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.
3 thoughts on “Sekilas Mengenai Cerita Reyog Ponorogo”