Enam Belas Bulan

enam belas bulan
ku hanya bisa terpejam
menatap malam
menggapai angan
memimpikan datangnya bulan

termenung
melamun
melambaikan tangan
memalingkan pikiran

hujan deras membasahi tanah
bersorak se isi dunia
mengabarkan pesan-pesan
pesan dari hati terdalam
untuk sahabat yang tak kunjung datang
mata pun terpejam
muka menjadi muram
merindukan hati yang telah lama hilang
senja berganti malam
perpisahan merubah kenyataan

kisah rindu belum terhenti
hingga hari-hari pun ikut sedih
ku berdoa keada pemilik Negri
agar dapat bertemu kembali
denganya yang telah menanti
walau hanya sebatas senja menerangi
dan ku yakin tak kan berganti
meski jarak dan waktu saling menutupi
memisahkan hati yang melamun sendiri

enambelas bulan ku lalui
sebuah perjalanan yang belum bertepi
membasuh puing-puing yang lama terpejam
membersihkan garis-garis kehidupan
melaksanakan kewajiban
mentaati perintah atasan

empat februari empat belas
ku berdiri ditepi batas
batas hati yang tak terbatas
tak bersekat dan tak dapat kandas
pertemuan anak sungai yang menyatu
ku tak bisa menutupi wajah syahdu
lembutnya hatiku
angin yang merdu
aliran air yang tak berbatu
langit yang biru
hingga hatiku pun tersipu malu
melihat kau mengalir dihadapanku
melihat ikan melewati jemariku
melihat kebesaran Tuhan yang mengatur segalanya
pertemuan kita setelah sekian lama
dan semoga engkau menjadi yang termulia
dan kita telah digariskan untuk bertatap muka
diruang yang sama dan mungkin untuk selamanya

Di tulis di Kota Rantau, Kalsel
Di edit di Muara Teweh, Kalteng
Sungai Barito
090214