Gunung Sindoro yang juga dikenal dengan Sindara atau Sundoro merupakan gunung volcano aktif yang terletak diantara wilayah Wonosobo dan Temanggung Jawa Tengah. Dengan ketinggian 3.153 meter diatas permukaan laut, Pendakian Gunung Sindoro memiliki 4 jalur pendakian : jalur pendakian via Kledung, jalur pendakian via Sikatok (Desa Sigedang, Tambi), jalur pendakian via Alang Alang Sewu dan jalur pendakian via Bansari.
Dan kali ini bersama komunitas Backpacker Jakarta, gue akan melakukan pendakian ke gunung yang masih aktif ini. Untuk pendakian ke gunung Sindoro kami akan melewati jalur pendakian via Kledung yang berada di kabupaten Temanggung.
Baca juga: Pendakian Gunung Gede 2.958 mdpl via Putri ; Pasar Pindah ke Gunung #2
Perjalanan Bersama Backpacker Jakarta
Ini adalah trip kedua gue bersama komunitas “Backpacker Jakarta” setelah sebelum nya melakukan pendakian ke gunung Lembu yang berada di Purwakarta. Komunitas ini bersifat sharing cost jadi seluruh biaya, perlengkapan dan logistik dibagi bersama. Trip ini diikuti 30 orang dan dibagi dalam beberapa kelompok kecil supaya sesama anggota kelompok saling melengkapi segala peralatan dan kebutuhannya.
Sekretariat BPJ (Backpacker Jakarta) yang terletak di Cawang jumat malam itu sangat ramai, karna selain trip ke Sindoro BPJ juga melakukan trip ke gunung Sumbing. Bis mulai melaju meninggalkan ibukota dengan segala hiruk pikuk dan kemacetannya. Bis yang bertolak dari Cawang pada pukul 21.00 hingga pukul 03.30 masih merayap di gerbang tol Cikampek. Hal yang paling membosankan adalah terjebak di kemacetan bahkan di jalan tol sekalipun. Mencoba untuk tidur kemudian bangun lagi tapi seolah olah bis tidak beranjak, hufft.
Menuju Basecamp Kledung
Pukul 10 pagi bis memasuki daerah Sukorejo dan berhenti sejenak untuk istirahat mengisi perut para penikmat ketinggian. Pantat sudah panas kelamaan nempel di kursi, kaki sudah pegal bukan karna berjalan tapi kelamaan duduk.
Dari kejauhan mulai terlihat gunung Sindoro dan Sumbing yang dijuluki sebagai gunung kembar itu, rasa capek dan ngantuk mendadak sirna karna kagum melihat keagungan ciptaan Yang Kuasa, sudah tidak sabar membayangkan akan berada di puncak gunung itu.
Bis terus melaju melewati jalan propinsi yang berada diantara gunung Sindoro dan gunung Sumbing, jalan ini yang menghubungkan antara kota Temanggung dan Wonosobo. Lukisan alam dengan keindahannya mengingatkan pada masa kecil yang suka menggambar matahari dibalik gunung dan sawah yang terhampar luas, luar biasa!
Baca juga: Rekomendasi Pantai Pasir Putih di Malang
Pendakian Gunung Sindoro 3.153 Mdpl
Pukul 11.30 bis berhenti di Basecamp Kledung yang merupakan pos awal pendakian, udara disini cukup adem walau tengah hari bolong karna daerah ini dikelilingi oleh pegunungan. Situasi basecamp sudah ramai oleh para pendaki, kendaraan yang terparkir juga cukup padat pertanda pendakian hari ini pasti ramai. Basecamp Kledung adalah balai pertemuan warga sehingga tempatnya cukup luas untuk menampung pendaki yang istirahat maupun packing barang.
Oiya jangan buru buru untuk packing ulang barang ya. Karna sebelum melakukan pendakian petugas akan mengecek kelengkapan peralatan penting yang dibawa pendaki seperti sleeping bag, jas hujan, air minum dan logistik. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari hal buruk menimpa para pendaki ketika melakukan pendakian. Menurut gue hal ini sangat bagus supaya para pendaki selalu mengutamakan keselamatan salah satunya dari perlengkapan dan logistik, good job.
Naik Ojek
Dari basecamp ke pos 1 ada dua alternatif yang bisa dilakukan yaitu : jalan kaki dan menggunakan ojek. Jika berjalan kaki membutuhkan waktu sekitar 1.5 jam karna jarak lumayan jauh dan jika menggunakan ojek cukup 15 menit saja.
Karna keterbatasan waktu dan juga menghemat tenaga maka rombongan memutuskan untuk menggunakan ojek sekalian membantu perekonomian warga setempat. Satu ojek terkadang menarik dua penumpang sekaligus padahal ongkos tetap dikenakan per kepala sebesar Rp. 25.000. Naik ojek gunung memberi sensasi tersendiri, melewati jalan berbatu. Menanjak dengan kecepatan tinggi membuat jantung serasa copot tapi jangan pernah meragukan kemampuan para tukang ojek ini.
Dan ketika turun dari motor jantung masih deg degan, dengkul gemetaran dan kaki kesemutan. Jadi lebih baik ketika naik ojek tidak usah bonceng bertiga supaya lebih nyaman dan ongkosnya pun sama saja. Oiya dalam perjalanan beberapa kali kami melewati para pendaki yang berjalan kaki dari basecamp. Sepertinya asyik juga bisa dengan santai menikmati lukisan alam dan perkebunan warga disepanjang jalur.
Pendakian di musim kemarau identik dengan jalur berpasir dan berdebu, maka memakai masker atau buff adalah pilihan yang sangat tepat. Seringkali papasan dengan para pendaki yang baru turun. Mereka dengan cueknya berlari dijalur yang membuat debu beterbangan dan penglihatan tertutup seperti kabut. Jadi bingung apakah mereka terlalu egois dan tidak peduli apa efek dari kelakuan mereka? Itu sangat mengganggu sekali.