Pagi Di Rumah Pak Arifin
Jam 03.00 Wib Alarm dari handphone teman gue dan handphone gue sahut sahutan, gak tau apa ya orang lagi enak enak nya tidur di bangunan eh dibangunin hehe. Posisi kita sekarang lagi di Dieng dan pagi ini kita akan pergi ke Bukit Sikunir di Desa Sembungan desa tertinggi di pulau Jawa, untuk menikmati sunrise. Dan saat ini kita lagi menginap dirumah Pak Arifin salah seorang warga Dieng yang rumah nya tidak jauh dari Basecamp Patak Banteng.
Gue kenal Pak Arifin ini di tahun 2016 ketika pertama kali naik ke Gunung Prau dan waktu itu juga Menginap di rumah beliau bahkan sempat jadi guide kita meng-explore Dieng. Pak Arifin dan keluarga besar nya semuanya baik dan ramah jadi berasa kaya dirumah sendiri, bahkan ada kejadian saat kita lagi tidur tiduran, salah seorang dari keluarga Pak Arifin datang bawa selimut dan menyelimutin kita padahal kita juga sudah pakai selimut, kaya ibu sendiri ya heheh. Fyi Pak Arifin ini menerima tamu menginap dirumah nya dan bisa juga jadi guide. Jadi kalau ada teman teman yang tertarik untuk menginap di rumah Pak Arifin Monggo silahkan menghubungi nomer 0823-2516-6580 (Pak Arifin Prau).
Udara Dieng pagi ini sangat dingin karna sudah masuk musim kemarau, biasanya kalau musim kemarau antara bulan Juni sampai Agustus, udara di gunung lebih dingin dibanding dengan musim hujan. Bahkan sehari sebelumnya saking dingin nya memunculkan butiran butiran es/salju. Pagi ini kayanya lebih enak tidur dalam selimut daripada harus dingin dingin-an diluar. Tapi gimana dengan sunrise nya? Harus kesana dunk hehe.
Ketika lagi di kamar mandi untuk cuci muka, pegang air di ember itu rasanya kaya megang es balok saking dinginnya. Dan karna udara yang sangat dingin maka pagi itu gue pake baju berlapis lapis agar tidak kedinginan, tidak lupa dengan kupluk kesayangan gue, teman gue juga melakukan hal yang sama. Harus benar benar prepare ya biar perjalanan aman dan lancar semuanya. Eh ternyata Pak Arifin juga sudah bangun bareng anak nya dan dia menyuruh kita untuk makan dan mereka juga ikutan makan bareng kita. Homey banget ya.
Desa Tertinggi Di Pulau Jawa
Selesai makan kita langsung berangkat menuju Desa Sembungan, Desa tertinggi di Pulau Jawa yang terletak diatas ketinggian 2000-an mdpl. Desa ini merupakan titik start pendakian kita menuju sunrise spot di Bukit Sikunir.
Perjalanan ini ditempuh dalam waktu setengah jam dengan menggunakan sepeda motor (sewa motor keponakan Pak Arifin) sudah kebayang kan gimana rasanya naik motor di udara dingin begitu tapi disitulah keseruan nya. Gue memilih duduk dibelakang daripada mengendarai motor dan sahabat gue Tomo siap jadi tukang ojek menembus dingin nya udara, asekkk. Akses jalan ke Desa Sembungan ini bagus dan gampang apalagi kita sudah survey dulu di hari sebelum nya waktu baru datang dari Jakarta. Tidak usah khawatir nyasar disini karna sudah ada penunjuk jalan.
Dan karna hari itu hari minggu (weekend) pengunjung yang menuju Bukit Sikunir ini membludak, ini terlihat dari kendaraan yang antri di jalan. Keuntungan menggunakan sepeda motor itu bisa nyalib tidak harus antri kaya mobil jadi bisa lebih cepat. Setelah membayar tiket masuk Rp. 10.000/orang dan parkir motor Rp. 5.000 sampai juga kita di area parkir motor di Desa Sembungan. Karna antrian yang cukup panjang, sebagian pengunjung turun dari mobil mereka dan jalan kaki ke arah parkiran, padahal jarak nya lumayan jauh dan itu masih belum trek ke Bukit Sikunir nya ya, sudah capek duluan. Bukit Sikunir ini selalu ramai di akhir minggu.
Pendakian Bukit Sikunir
Waktu terbaik untuk mengunjungi bukit Sikunir ini, datanglah antara bulan Juni sampai Agustus karna bulan bulan ini cuaca sangat bagus, kabut tidak tebal sehingga pemandangan golden sunrise bisa terlihat jelas, tapi di bulan bulan tersebut juga udara di Dieng bisa mencapai titik terendah. Terus gimana dengan bulan bulan selain bulan Juni-Agustus? Bisa juga, yang namanya cuaca kan tidak bisa di prediksi. Bukit Sikunir ini juga disebut sebagai tempat yang terindah dan terbaik se Asia Tenggara untuk melihat Golden Sunrise. Amazing gak tuh?
Setelah memarkir kan motor petualangan kita memburu sunrise pagi itu di mulai, udara dingin masih berasa walaupun pakaian sudah berlapis lapis, oiya sebelum mulai trek kita stretching dulu sebentar biar otot otot tidak kaget dan tentunya DOA ya biar selamat sampai tujuan.
Bukit Sikunir bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit dengan trek menanjak, tapi tergantung kemampuan masing masing orang ya. Kalau capek istrahat dulu, sambil minum dan ngemil biar tenaga pulih dan badan tetap hangat, jangan dipaksa yang penting selamat.
Karna hari itu weekend jadinya jalur padat merayap dan antri, yah gapapa lah. Karna masih subuh dan tidak ada lampu jalan baiknya kita membawa senter atau headlamp. Jalur nya lumayan menantang juga lumayan bikin ngos ngosan, dan akhir nya sampai lah kita ke Puncak Bukit Sikunir.
Golden Sunrise Terbaik
Di puncak ternyata sudah ramai kaya pasar. Dan akhir nya kita mencari spot yang lumayan sepi menanti datang nya fajar pagi itu, asekk. Sampai di puncak hari masih gelap bintang bintang masih terlihat saatnya foto foto neh daripada duduk bengong kedinginan.
Akhirnya yang ditunggu tunggu pun datang juga, Dia muncul membawa cahaya dan kehangatan. Yup Sunrise pagi itu sangat luar biasa Indah. Trima Kasih Tuhan kami masih diberi kesempatan untuk melihat karyaMu yang Ajaib. Dari bukit ini kita bisa melihat beberapa gunung yang ada ada Jawa Tengah seperti Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, Andong, Telomoyo, Ungaran dan Lawu.
Setelah puas foto foto dan matahari juga sudah tinggi, saatnya turun. Waktu untuk turun lebih cepat dibanding naik tapi tetap hati hati ya. Dan karna musim kemarau jalur jadi berdebu jadi solusi nya pakai masker. Udara dingin bikin perut jadi lapar saat nya cari makan yang anget anget SOTO! Hehe
Perjalanan kita masih lanjut lagi ke kebun kentang warga, pemandangan disini indah banget, warga nya juga ramah ramah. Hal yang tidak kita dapat di kota besar semua ada disini, pemandangan alam yang indah, udara yang bersih, penduduk nya yang ramah. Harus main kesini lagi nih sepertinya, menikmati keindahan Dieng dan juga keramahan warganya.
Dan kalau Pak Arifin nanya lagi “ndak bosen ke Dieng (logat Jawa} gue akan jawab “ya ndak toh pak (logat Jawa juga) ^_^