Site icon JejakPejalanKaki

Pendakian Ke Puncak Mahameru, Ranu Pani #2

| Artikel Sebelumnya: Pendakian Ke Maha Meru Tanpa Persiapan Fisik #1

Pict: ariefungu.wordpress.com

Setelah Surat Keterangana Kesehatan sudah di tangan kami berlima langsung melanjutkan perjalanan pendakian puncak mahameru ke Pos Ranu Pani atau Pos Perijinan untuk Pendaftaran bagi semua Pendakian. Sekitar 1,5 Jam-an lama perjalanan dari Pasar Tumpang, hal ini sedikit lama karena setelah memasuki area Jalan Gubug Klakah Poncokusuma hingga Ranu Pani, jalan menanjak dan agak rusak.

Perjalanan Ke Ranu Pani

Hingga sampai pada persimpangan antara Jalur Ke Bromo dan jalur pendakian ke Puncak Mahameru, disini kita dapat melihat dari ketinggian Savana Hill Gunung Bromo, setelah turun, Istirahat sebentar dan Mengambil beberapa Foto kita melanjutkan Perjalanan Ke Ranu Pani.

Sekedar Info jika kebanyakan Orang sekitaran Kota Malang jika ke Semeru sebagian besar menggunakan Sepeda Motor, selain Hemat dan tidak ribet dalam urusan parkir warga sekitar Ranu Pani juga menyediakan tempat Parkir khusus untuk pendaki.

Asal jangan memakai Motor Matic, karena sudah banyak korban kecelakaan yang melalui jalan Gubug Klakah, apalagi jika musim Hujan.

Sekitar Jam 12an kita sampai di Pos Perijinan Ranu Pani, dipos perijinan benar-benar sepi dan hanya ada sekitar 10 orang yang akan berangkat mendaki. Kami berlima langsung mendaftar dan meminta blanko pernyataan mendaki, dengan melampirkan persyaratan fotokopi KTP dan Surat Keterangan Sehat (Wajib).

Jika tidak salah waktu itu biaya masuk untuk satu orangnya dalam sehari sekitar Rp. 25.000. Kita berlima memperkirakan perjalanan 3 hari 2 Malam. Setelah semua persyaratan dan pembayaran selesai, kita berlima terlebih dahulu mencari kedai kopi untuk sarapan dan meminum kopi, untuk sekedar menghangatkan tubuh. Saat di Ranu Pane ini hawa dingin dan kabut sudah menyambut dengan santainya, sehingga salah satu teman mengajak untuk ngopi dulu dan makan mie rebus.

Pendakian Dimulai

Dalam perjalanan kali ini yang aku sukai dari senior-senior ini adalah ketika selesai ngopi dan akan memulai pendakian, mereka semua berkumpul membentuk lingkaran dan salah satu dari senior yakni mas Purbo langsung memimpin Do’a. Dalam hatiku saat itu terbesit, seumur-umur mendaki gunung walaupun cuman gunung Panderman gak pernah dimulai dengan berdoa kayak gini, wkwkwk..

Setelah selesai berdoa kami berlima langsung berjalan menuju Gapura Selamat datang yang bertuliskan Selamat Datang Para Pendaki Gunung Semeru. Seoalah-olah kita berlima disambut disini, padahal tiga dari lima orang sudah sering kesini, hehehee..

Landengan Dowo

Memasuki jalur pendakian di Ranu Pane kita melewati jalan setapak dan agak menanjak serta masih banyak dikanan atau kiri lahan pertanian warga sekitar. Kurang lebih perjalanan normal memakan waktu 4 jam. Jarak dari Ranu Pane Menuju Landengan Dowo 3,5 KM atau 2 jam untuk pendakian santai. Di sini kita masih bisa melihat perkebunan warga di sepanjang perjalanan. Dari Landengan Dowo menuju Watu Rejeng, pendakian sudah mulai memasuki hutan.

Watu Rejeng

Butuh waktu yang sama untuk tiba di Watu Rejeng. Meski sudah mulai merasakan suasana hutan, jalurnya masih bisa dikategorikan sebagai jalur mudah. Di sini suhu dingin sudah mulai terasa meskipun tak membuat menggigil. Tak lupa untuk menyebutkannya, di sepanjang jalur ini kita juga akan melewati jembatan legendaris yakni ‘Jembatan Cinta’, sebuah jembatan kecil di atas sebuah sungai.

wisataka.com

Ketemu Pendaki alay

Trek perjalanan kadang naik sekitar kemiringan 10-20 derajat, melewati hutan pinus dan hutan tropis biasa. Saat perjalanan ke Ranu Kumbolo inilah kita selalu berpapasan dengan pendaki lain yang turun dan pendaki yang akan naik juga. Ada cerita yang membuat rombongan kita agak kesal dan risih, waktu itu kita berbarengan dengan rombongan pendakian asal salah satu kota besar di Jatim yang tingkahnya sedikit alay dan tidak punya aturan.

Tingkahnya yang membuat kesal adalah, ketika ngomong dengan rombongan baik itu suara dan ketawanya selalu di besar-besarkan kayak dia yang punya jalur pendakian, selain itu yang bikin geram saat barengan dengan mereka adalah musik di HP cukup keras sekali sehingga mengganggu pendaki lain, dan kurang etis dilakukan di jalur pendakiaan, seharusnya mereka membawa headset supaya suaranya tidak mengganggu lainya.

Padahal disini kita berlima ingin merasakan suara alam dan suara keheningan yang menenangkan jiwa. Atas perlakuan pendaki yang kurang berkenan itulah akhirnya kita berlima mempercepat langkah kaki dengan maksud menghindari mereka.

Surganya Gunung Semeru

Setelah kurang lebih 3,5 jam perjalanan diselingi dengan istirahat selama 2-3 menit akhirnya dari kejauhan kita melihat sebuah lembah yang terdapat danau yang sangat indah dan mempesona, yakni Ranu Kumbolo. Keindahan Ranu Kumbolo sampai membuat banyak wisatawan asing datang ke sini untuk melihat dan melakukan pendakian ke Puncak Mahameru.

Jangankan wisatawan asing, aku saja yang pertamakali melihat langsung takjup dan terpesona dengan keindahanya ketika melihat dari kejauhan. Benar-benar surga bagi penghuni dan pendaki Gunung Semeru. Saat akan tiba di Rakum ini trek pendakian banyak yang menurun seperti menuruni sebuah lembah di film-film kolosal The Lord Of The Ring, dan kaki seperti ingin berlari untuk melihat dari dekat keindahanya.

Setapak demi setapak akhirnya kami berlima tiba di bibir danau dan aku pun berjalan sambil senyum-senyum sendiri melihat keindahan Ranu Kumbolo, keindahanya benar-benar seperti berada di film.

Gak ikut Bangun Tenda

Sekitar Pukul 17.00 kita berlima sampai di Camp Area Ranu Kumbolo, kita langsung duduk menghadap danau melepas lelah sambil menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Tidak terasa sudah 15 menit kita berlima duduk-duduk santai dan akhirnya mendirikan tenda, yang lucu dari momen ini adalah aku dan Mas Wid hanya melihat senior-senior mendirikan tenda, karena aku benar-benar noob atau awam mendirikan tenda gaya baru di era milenial ini. Wkwkwk..

Karena terakhir camping tahun 2006 ketika lulus ujian skripsi, langsung camping selama 3 hari di daerah Coban Rondo. Dan tenda yang dibawa saat itu adalah tenda jadul yang berpasak seperti tenda militer. Dan seumur-umur baru kali ini melihat tenda yang sistematis kayak yang di dirikan senior-senior di Ranu Kumbolo ini, hehehee…

Ngecamp di Ranu Kumbolo

Setelah tenda berdiri, kami berlima segera membagi tugas untuk mengambil air, memasak mie instan dan membuat kopi, untuk antisipasi sebelum angin dingin dari lembah Rakum datang menusuk tulang. Waktu itu tenda ada dua, dan disetting berhadapan untuk mengurangi dinginya angin malam, pintu masuk ke tenda dibuat satu dan satunya lagi ditutup sehingga tempat masak berada di antara kedua tenda, hal ini membuat udara hangat dari kompor gas portable menghangatkan sela-sela tenda.

Setelah semua mie dan kopi matang, kami berlima makan dan ngobrol bersama hingga larut malam, bintang dan udara dingin datang. Meskipun tepat pukul 20.00 kami bergegas ke tempat peraduan masing-masing. Hehee..

Etika Pendaki di Rakum

Di Ranu kumbolo ini ketika larut malam diatas jam 21.00 dilarang keras membuat suasana gaduh, baik itu bercanda dan membuat api unggun atas alasan apapun, karena menurut keterangan senior hal ini dilakukan untuk menghormati waktu istirahat bagi pendaki lain karena besoknya akan melanjutkan perjalanan ke Puncak atau Kali mati.

Sempat ada kejadian kurang berkenan saat itu. Ketika malam sudah larut ada rombongan pendaki baru datang pukul 20.00 ketika ditenda-tenda lain sudah senyap dan banyak yang istirahat. Rombongan ini kemungkinan dari Jakarta, karena terdengar dari logat bicaranya dan mungkin belum pernah ke Semeru. Saat mereka mendirikan tenda terdengar gadu dari dalam tenda kami berlima. Saat itu kami memaklumi karena mereka baru datang dan masih mendirikan tenda.

Akan tetapi cerita berubah ketika diatas pukul 21.00, dimana pendaki lainya pada tidur dan beristirahat. Ketika rombongan yang baru datang ini selesai mendirikan tenda, mereka masih kedengaran gaduh dan bercanda diluar batas. Sehingga mengganggu pendaki lain yang sedang beristirahat.

10 menit pertama dibiarkan mungkin mereka masih prepare untuk tidur. Akan tetapi setelah 10 menit berikutnya kegaduhan malah menjadi-jadi dengan bercanda dan tertawa terbahak-bahak sehingga mengganggu pendaki lain yang sedang beristirahat. Sontak saja Mas Purbo, langsung berteriak, “Woyyy.. Mas jangan berisik, sudah malam ini” dan sontak mereka semua diam dan beranjak tidur. Hingga keheningan suara jangkrik dan suara angin kembali lagi menghampiri telinga.

Kedinginan di Rakum

Malam semakin larut akan tetapi aku masih terjaga dan tidak bisa memejamkan mata. Karena angin begitu kencang dan udara begitu dingin menusuk tulang. Hal ini membuat aku hanya bisa berguling kekanan dan kekiri sambil menggigil kedinginan tidak bisa tidur. Meskipun sudah memakai pakaian rangkap 3, sarung tangan, kerpus dan kaos kaki.

Sungguh sangat menyiksa hawa dingin di Ranu Kumbolo. Mungkin juga karena pakaian yang aku kenakan tidak berbahan polar sehingga dinginya angin malam dapat menembus tubuhku. Mungkin atas dasar inilah pendakian ke Mahameru dianjurkan tidak memakai celana jeans, karena kurang safety untuk suhu dingin. Meskipun hanya bisa menggigil dan guling kanan dan guling ke kiri akhirnya pada pukul 00.30. Aku tiba-tiba tertidur hingga menjelang sunrise. Syukurlah..

| Bersambung ke: Pendakian Ke Puncak Mahameru, Ranu Kumbolo #3

Exit mobile version