Baru pertama kali ini aku melakukan liburan ke Pulau Bali bersama keluarga, sebelum-sebelumnya aku berlibur dengan cara bakcpackeran bersama teman, dan kadang juga pergi ke Bali bersama teman sekantor waktu masih bekerja di Radar Mojokerto. Dan sebelum menulis perjalanan ke Bali aku telah menulis Perjalanan Liburan, eh maksudnya mengantar perjalanan liburan keluarga dari Jakarta dan Papua ke Gunung Bromo, hehehee..
| Artikel menarik lainnya: Benteng di Indonesia: Benteng Fort Rotterdam dan Keunikanya
Perubahan Plan Menjelang Otw
Kembali lagi ke perjalanan menuju Pulau Bali, Setelah puas beristirahat seharian penuh tanggal 27 Desember, pagi harinya tanggal 28 Desember 2018 aku bersama Ibu, adik dan keponakan berangkat ke Bandara Juanda. Total yang pergi liburan ke Bali ada 4 orang, semuanya sudah memiliki tiket pesawat yang jauh-jauh hari sudah dipesan.
Akan tetapi saat keberangkatan pesawatnya berbeda, adik dan keponakanku naik pesawat Citylink sedangkan aku dan ibuku naik pesawat Lion Air. Pesawat keberangkatan hari itu berbeda karena saat awal-awal pemesanan tiket, aku dan ibuku tidak ikut naik pesawat, tapi lebih memilih naik travel bersama bapaku.
Saat pemesanan tiket tinggal beberapa minggu, bapakku membatalkan ikut liburan, hal ini karena dirumah tidak ada yang menjaga, sedangkan dirumah ada banyak anak kos. Untuk memastikan kebutuhan Air dan listrik terkontrol, maka bapakku memilih tinggal dirumah.
Kembali pada perjalanan ke bandara Juanda, pagi itu perjalanan cukup lancar dan aku sendiri yang menjadi supirnya, tapi ketika sampai didaerah Purwosari sopirnya berganti Mas Edi, Paman (Pak Lek) yang mengantar ke Juanda. Karena mobilnya akan di pinjam dan sekalian dititipkan di Rumahnya, selama aku dan keluarga liburan di Bali
Delay Penerbangan Liburan Ke Pulau Bali
Sesampainya di bandara, adikku dan ponakanku turun duluan di Terminal keberangkatan 1A sedangkan aku dan ibuku turun di Terminal Keberangkatan 1C. Jarak waktu keberangkatan juga cukup lama yakni 1 jam. Adikku terbang dulu ke Denpasar pukul 12.15, sedangkan aku masih di juanda, hal ini diperparah dengan penundaan keberangkatan selama 45 menit. Benar-benar sesuatu yang membosankan hanya duduk-duduk dibandara. Dan untuk mengobati itu semua, aq mengeluarkan kamera dan memfoto-foto dan memvideo sesuatu yang tidak jelas di bandara, hehehee..
Saat-saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, tepat pukul 13.45 aku dan ibuku sudah bisa menaiki pesawat dan akhirya jadi terbang untuk liburan di Bali. Kurang lebih perjalanan ke Bali memakan waktu 45 Menit, didalam pesawat aku menyempatkan memfoto-foto dan memvideo awan–awan yang terlihat Indah hal ini mengingatkan ku pada puncak Mahameru, dimana aku dapat menginjakan kaki di atap Pulau Jawa di kelilingi awan-awan yang sungguh mempesona.
Kedatangan di Pulau Dewata
Kurang lebih 30-45 Menit aku diatas pesawat dan menikmati pemandangan indah ciptaan Tuhan, setelah pilot memberitahu bahwa pesawat akan segera memasuki bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, aku segera kembali mengencangkan sabuk pengaman dan menegakkan kembali sandaran hati, eh sandaran kursi, #eaaak..
Seperti biasa pesawat landing dengan lancar tanpa ada gangguan pada umumnya pesawat Lion Air, sampai hapal situasi landing didalam pesawatnya seperti apa, karena hampir tiga Tahun aku selalu menggunakan jasa penerbangan ini saat masih bekerja di Pengeboran Batu Bara.
Sesampainya di bandara kedatangan, sempat beberapa kali kesini dan memperhatikan bentuknya tidak ada perubahan seperti 8 tahun yang lalu ketika aku datang kesini mengikuti pelatihan Perpajakan Jawa Pos di Nusa Dua.
Akan tetapi ada hal yang berbeda setelah aku keluar dari Terminal kedatangan, jalanya berbeda dan kelihatan dari gedungnya lebih banyak serta tambah luas. Bandara saja berubah menjadi lebih baik masak kita tidak ikut berubah untuk menjadi lebih baik, assseeeek…
Setelah sampai di pintu keluar aku bergegas menuju tempat parkiran dimana sebelumnya aku sudah memesan Go Car, yang menjadi catatan disini. Saat itu aku memesan Taxi online ini pukul 14.30 an bapak-bapaknya menerima dan menunggu diparkiran. Tapi setelah naik aku dikasih tahu, jika tujuanku ke Legian dari bandara diatas jam 16.00 kebanyakan taxy online tidak mau menerima, karena disana macetnya sangat parah.
Oiya penginapanku selama Liburan Ke Pulau Bali bertepatan dengan lokasi Monumen Tugu Bom Bali, di Hotel J4 Legian. Sebelumnya aku pernah juga mengalami bermacet-macet ria di legian ketika masih backpackeran dengan teman kerja di Batu Bara. Tapi tidak begitu parah karena waktu itu kami hanya jalan kaki dan naik motor, penginapanya juga di homestay dekat-dekat legian.
Jadi, jika anda menggunakan Mobil ketika diatas jam 4 sore, bersiap-siaplah untuk menghadapi kemacetan di daerah Legian. Disini pejalan kaki dan pengendara motor dan mobil, menjadi satu menggunakan jalur yang sama. Kurang lebih seperti di Jalan Malioboro, Jogjakarta.
Meskipun macet tapi masih wajar dan masih ada sikap tenggang rasa antar sesama pengguna jalan. Dan jangan disamakan dengan kemacetan Kota Jakarta yang amburadul bahkan ruwet tak terkontrol dan tak terkendali. wkwkwk..
Menginap di Hotel dan Makan di Bebek Tepi Sawah
Sore itu perjalanan sudah padat merayap, sehingga aku dan ibuku nyampai di hotel sekitar pukul 5an sore. Sedangakan adiku lebih dulu sampai dihotel karena berangkat dari bandara lebih awal satu jam. Sekilas datang Hotelnya cukup Minimalis, banyak sudut-sudut hotel yang di design sesuai dengan anak muda kekinian. Modern dan tidak meninggalkan kesan seni tradisional Bali.
Waktu itu kamar ku di lantai 5 dengan nomer kamar 512. Dan setelah nyampai kamar aku langsung bergegas mandi dan langsung tidur-tiduran. Di kamar ini di isi 4 orang, 1 tempat tidur besar dan satu tempat tidur single. Lumayan untuk menghemat pengeluaran selama di Bali, memanfaatkan fasilitas hotel. Selain itu musim liburan kamar hotel full boking jadi cara ini yang paling efisien.
Setelah semua mandi dan beristirahat sejenak, kita memutuskan untuk mencari sarapan di luar. Tujuan kita saat itu adalah menuju salah satu mall di dekat Pantai Kuta, Beachwalk Shopping Centre. Kita ke mall jalan kaki, karena letaknya sekitar 300 meter dari Hotel, lumayan dekat dengan lokasi hotel dan pantai.
Setibanya di mall ternyata banyak pilihan makanan, dan yang cocok dengan lidah keluargaku saat itu adalah lalapan. Jadilah kita menepi di “warung” Bebek Tepi Sawah. Setelah duduk dan melihat menu serta harganya, sempat kaget. Ternyata sekelas bebek tepi sawah harganya tidak kalah dengan restoran-restoran yang beredar di Indonesia.
Untuk ukuran wisatawan lokal harga ini cukup waow, tapi berhubung adikku pinginya disini ya mau tidak mau harus pesan. Setelah memesan semua makanan kesukaan, meskipun sebagian besar pada sold out semua karena kemalaman dan mau tutup. Akhirnya kita memesan lalapan bebek, pikiranku langsung tertuju pada lalapan lamongan di malang 25 ribu dapet banyak, heheheee.. Dan setelah menunggu 30menit akhirnya datang, kita langsung tancap gas karena sejak siang hari belum makan.
Setelah makanan sampai dilidah ternyata enak bray.. Bebek tepi sawah yang terlihat ndeso tapi rasanya tidak kalah dengan restoran kebarat-baratan atau ke k-pop-k-pop an, hehehee.. Karena rasa dan kualitas masakanya memiliki ciri dan ke khassan sendiri. Jadi kesimpulanya meskipun malam itu kita ngeluarin duit sejuta lebih hanya untuk makan lalapan dkk. Kita tidak menyesal karena rasanya sangat recommended, meskipun hati ini sedikit nangis, wkwkwkwwk…
| Artikel menarik lainnya: Benteng di Indonesia: Benteng Vredeburg dan Sejarah Kelam Yogyakarta
Hello gess, panggil saja saya mimin atau yuant, lahir di Malang, pernah bekerja di Jakarta, Mojokerto dan penempatan di Kaltim, Kalsel Kalteng, Jambi, Sultra dan Sulteng. Karena sering jalan-jalan gratis inilah web ini terlahir. I create some Article and content creator for different perception. So, check it out.