Site icon JejakPejalanKaki

Mengunjungi Pura Bedugul dan Masjid Besar Al Hidayah

Tanggal 28 Desember 2018 hari ke dua setelah tiba di Kota Denpasar – Bali saat liburan, aku dan keluarga memulai aktivitas pagi yang mendung dengan sarapan di Resto Hotel, sarapan pagi disertai minum susu, kopi sungguh nikmat tak terganti. Supaya setrong menjalani liburan dan perjalanan panjang, wkwkwkwk.. Aku bersama ponakan, dan ibukku menikmati suasana resto yang bertepatan dilantai 5 hotel, sedangkan di bawahnya terdapat kolam renang, cukup memanjakan mata dengan air birunya, karena disini tidak ada pemandangan laut dan tidak menghadap ke laut, tapi berjarak 10 meteran dari Tugu Bom Bali Legian.

Setelah semua selesai sarapan dan mandi, kita bergegas ke mobil yang sudah menunggu di bawah dengan pak sopirnya (sebut saja Wayan), saat ketemu Pak Wayan aku menunjukan list tempat yang dikunjungi untuk hari ini dan dua hari kedepan. Hari pertama dan Destinasi Pertama Pak Wayan mengantar ke Pura Bedugul di Danau Beratan.

ombonejagad.com

|Artikel menarik lainnya: Jalan Malioboro dan Semua Kenangannya

Perjalanan ke Pura Ulun, Danau Beratan

Saat perjalanan ke Danau Beratan, di setiap sudut dan kanan kiri jalan raya banyak hiasan janur atau seperti umbul-umbul yang terbuat dari hiasan janur kuning, ternyata saat itu masih suasana hari besar Galungan. Hiasan di kanan kiri jalan itu memberikan nuansa kebudayaan bali yang indah dan mempesona. Baik itu di depan gapura gang, depan rumah dan di area persawahan  semua dipasangin janur kuning yang tinggi menjulang tersebut.

Kembali lagi ke perjalanan, perjalanan saat itu cukup lancar karena pagi itu kendaraan yang melalui jalan utama menuju Danau Beratan tidak terlalu padat, sesekali hanya terlihat motor dan mobil-mobil pribadi yang lewat. Hingga kita sampai pada sebuah jalan berliku, dikanan dan kiri jalan banyak terdapat restoran dan kebun sayur seperti di daerah puncak. Hingga tidak sadar kendaraan yang melalui jalan menjadi padat, dikanan kiri terdapat penjualan oleh-oleh baik itu kerajinan tangan, buah dan makanan khas bali.

Dan ternyata ini sudah memasuki kawasasan wisata Danau Beratan. Untuk masuk ke parkiran saja sudah penuh dan untuk memasuki kawasan wisata sendiri harus putar balik, karena mobil dilarang berhenti di kawasan wisata Danau Beratan, akhirnya pak supir mengambil jalan mutar, dan mengedrop kami sekeluarga di pinggir jalan karena sudah tidak bisa parkir masuk. Ketika itu aku dan keluarga memasuki kawasan danau beratan berjalan kaki dari jalan utama, kurang lebih 100 meter.

Videonya :

Sholat Jum’at di Masjid Besar Al Hidayah

Sebelumnya sempat heran waktu sebelum berangkat liburan ke Bali, dimana waktu aku melihat kawasan wisata Danau Beratan di Google Maps. Saat melihat-lihat lokasi wisata lewat map itulah aku salah fokus dengan masjid Besar di kawasan wisata Umat Hindu terbesar di Indonesia. Kok bisa masjid sebesar itu di bangun di dekat pura dan di kawasan hindu pula, aku berpikir mungkin ini lah salah satu kearifan lokal masyarakat Indonesia, dimana perbedaan sudah menjadi hal biasa yang tidak perlu lagi diperdebatkan melainkan untuk dijaga bersama untuk kemajuan dan perdamaian Indonesia.

Saat pertama menurunkan kaki dari mobil, saat itu juga aku melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 11.30 WIB dan 12.30 WITA. Dan ini hari Juma’at otomatis hari ini waktunya menjalankan kewajiban untuk Sholat Jum’at berjamaah. Sebelumnya saat memasuki kawasan Wisata Danau Beratan aku sudah melihat masjid Besar yang berdiri diatas pemukiman penduduk di seputaran Danau Beratan. Sehingga saat itu juga aku mengatakan pada keluargaku untuk Sholat Jumat dulu di Masjid tersebut yang berjarak 200 Meter dari loket Masuk Danau Beratan.

Saat melewati jalan utama banyak terdapat penjual oleh-oleh khas bali, aku sendiri mencari sarung sebelum melaksanakan sholat, karena tidak membawa celana panjang dan sarung, setalah sampai ditoko yang terdapat sarung khas bali aku segera merapat dan membeli sarungnya, dan aku sedikit terkejut karena yang jualan sarung bali ternyata memakai jilbab, ternyata seorang muslim yang mungkin sudah menetap di bali.

Singkat cerita setelah selesai menunaikan Sholat Jumat aku bergegas untuk menyusuri halaman masjid, karena di halaman masjid ini berada diketinggian sehingga view untuk melihat danau dan pura lebih jelas dan lebih luas, tapi sayangnya cuaca kurang mendukung karena mendung. Tapi ini tidak menjadi halangan karena view yang indah tetap tidak tidak tergantikan ketika melihat dari atas halaman madsjid.

Setelah kesana kemari cari tau dan browsing kenapa di Danau Bedugul ada Masjid Besar dan Komunitas Muslim, ternyata begini sejarahnya:

Sejarah singkat Pura ulun Danau Beratan

Nama Dan Sejarah Danau Beratan Bedugul

Ada hal menarik yang harus kita ketahui dibalik nama Bedugul dengan sejarah adanya Pura Ulun Danau Beratan, kisah yang menyebutkan bahwa nama Bedugul itu ternyata diambil dari 2 buah suku kata, yaitu Bedug dan Kul Kata Bedug diambil dari nama alat tardisional yang biasa di pakai umat muslim sebelum adzan sebagai panggilan umat islam untuk sembahyang, dimana di sekitar bedugul ternyata ada kelompok masyarakat muslim Bali.

Sementara Kul adalah sebuah alat komunikasi tradisonal bali, yang fungsinya hampir sama dengan kentongan atau arti dari bedug sendiri. Karena kul sendiri selalu disandingkan dengan bedug di setiap Masjid tradisional baik di Bali dan sebagian besar Jawa atau Nusantara. Sungguh luar biasa kearifan lokal dan toleransi beragama di Bali khususnya dan di Nusantara umumnya, maka kemudian penggabungan kedua menjadikan nama daerah ini disebut Bedugul.

Faktanya memang bisa kita lihat saat ini, dimana di kawasan Bedugul ada sebuah masjid yang usia sangat tua yang bernama Masjid Besar AL-Hidayah. Lokasi Masjid ini berada di atas sebuah bukit kecil di sisi sebelah barat Danau Beratan, dan kehidupan antara pemeluk agama islam dan hindu sangat toleran. namun demikian, versi lainnya juga ada, yang menceritakan sisi sejarah asal usul nama Bedugul ini, yaitu konon pada jaman dahulu, ada seorang raja mandi di Danau Beratan dan aktifitasnya tak sengaja di lihat oleh warga sekitar, sambil mereka mengatakan bedogol Raja kelihatan.

Itulah beberapa versi asal usul penamaan tempat wisata Bedugul, terlepas mana yang benar, itulah khasanah kekayaan budaya nusantara yang khas.

Sejarah Pura Ulun Danu Beratan Bedugul Bali

Di Danau Beratan Bedugul Bali ini terdapat sebuah Pura yang disebut Pura Ulun Danu. Jika anda suatu hari berkunjung ke sana, silahkan nanti anda perahtikan dengan seksama, Tepat di halaman depan pura persisnya disebelah kiri Pura Ulun Danu Beratan itu terdapat sebuah sarkopagus dan papan batu, dari hasil penelitian arkeologi, disimpulkan bahwa benda tersebut berasal dari zaman megalitikum, sekitar 500 tahun sebelum masehi. Kemudian di dalam lontar Babad Mengwi disebutkan bahwa yang mendirikan Pura di pinggir Danau Beratan adalah I Gusti Agung Putu, Beliau ini yang kita ketahui adalah juga merupakan pendiri kerajaan Mengwi , yang kemudian beliau jugalah yang mendirikan pura taman ayun.

Meski di dalam lontar Babad Mengwi, kita tidak bisa menemukan kapan waktu Pura Ulun Danau Beratan ini didrikan, namun yang terdapat dalam catatan sejarah lontar Babad Mengwi adalah waktu pendirian pura taman ayun, yang upacaranya tercatat waktunya pada Anggara Kliwon Medangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewa yaitu tahun saka 1556 atau 1634 M. berdasarkan catatan dalam lontar tersebut dipastikan bahwa Pura Ulun Danu Beratan itu dibangun sebelum tahun saka 1556, oleh I Gusti Agung Putu.

Dan setelah mendirikan pura tersebut maka terkenalah kerajaan Mengwi, dan I Gusti Agung Putu digelari rakyatnya dengan sebutan “I Gusti Agung Sakti“. Itulah sejarah singkat Asal Usul nama Bedugul lengkap dengan Sejarah Pura Ulun Danu Beratan Bedugul.

Disadur dari: https://tempatwisatadibali.info/danau-beratan-bedugul-bali/

Taman Pura Ulun, Danu Beratan

Setelah selesai melaksanakan sholat Jum’at aku langsung menuju kawasan wisata danua Beratan, karena keluargaku sudah menunggu lama disana, untuk memasuki kawasan wisata ini cukup membayar tiket masuk sebesar Dewasa, Rp 20.000 / orang. Anak, Rp 15.000 / anak. Parkir motor, Rp 2.000. mobil, Rp 5.000. bus, Rp 10.000. Setelah membeli tiket masuk, aku langsung menuju resto dimana adik dan keluargaku menunggu. Setelah itu aku segera mengambil makanan seperti diacara kondangan, model prasmanan. Selesai makan dan beristirahat sebentar adikku mengajak mengelilingi taman dan pura, karena di kawasan wisata danau beratan ini berupa taman yang penuh dengan bunga, pohon-pohon rindang, pura dan tempat istirahat untuk keluarga. Selain itu di kawasan ini juga disediakan penyewaan  perahu boat dan perahu dayung untuk mengitari danau.

Mengelilingi Danau Beratan

Dikarenakan kawasan wisata saat itu sangat ramai, sehingga aku sendiri dan keluarga tidak bisa berfoto dan berpose di tempat legendaris seperti yang ada di uang 50 ribu akhirnya kami sekeluarga menyewa perahu boat untuk menikmati dan keliling Danau Beratan, kita sekeluarga mengelilingi danau ini sekitar 20 menit, selain itu pengemudi boat juga menawarkan jasa pemotretan langsung di perahu boat yang viewnya menghadap danau, pura dan perbukitan. Tapi sayang waktu itu cuaca tidak bersahabat karena mendung, walaupun begitu kita tetap berfoto-foto. Setelah selesai mengelilingi danau kita dan keluarga langsung kembali ke taman dan menunggu adikku untuk mencetak foto hasil jepretan di danau beratan.

Karena kesejukan dan keindahan alamnya, pinginya berlama-lama di kawasan wisata ini, dengan memandangi bunga-bunga, berteduh di bawah pohon besar dan merasakan hembusan angin sepoi-sepoi serasa hidup disurga dunia, hingga angan dan pikiran terbawa ketenangan suasana, mata sayup-sayup tertutup ingin tertidur. Tak terasa hari sudah menjelang sore hari yang memaksakan diri ini untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi wisata lainya, Pura Tanah Lot.

Exit mobile version